I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Beberapa
penelitian menyebutkan metode bercerita (storytelling) adalah metode
yang efektif dan paling banyak digemari pada usia anak. Alasan mengapa (storytelling)
dianggap efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pertama,
cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga pada umumnya
cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui (storytelling)
anak diajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metode bercerita akan membuat
anak lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat. Untuk menciptakan anak
cerdas dan sukses diperlukan usaha yang maksimal, Storytelling (metode
bercerita) juga mampu menstimulasi berbagai kecerdasan anak . Diantaranya mampu meningkatkan kecerdasan bahasa anak,
kreatifitas dan menanamkan moral pada anak sehingga akan membentuk karakter
siswa yang baik. Pendidikan karakter memiliki makna lebih
tinggi dari pada pendidikan moral. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap
hal baik atau buruk, sedangkan karakter yaitu tabiat seseorang yang langsung
di-drive oleh otak.[1]
Metode bercerita adalah cara penyampaian
atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru
kepada anak didik. Bercerita merupakan hal yang disenangi
oleh semua manusia karena sebelum memiliki kemampuan menyampaikan pesan melalui
tertulis, mereka menyampaikan pesan secara lisan. Menurut Bachri manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara
berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang
bisa jadi merupakan hal baru baginya. [2]
Secara lebih luas dan mendalam,
pendidikan karakter diartikan sebagai: “Proses pembentukan jati diri manusia
yang dilakukan dengan cara membangun kualitas logika, akhlak, dan keimanan.
Pembentukannya diarahkan pada proses pembebasan manusia dari ketidakmampuan,
ketidakbenaran, ketidakjujuran, ketidakadilan dan dari buruknya akhlak dan
keimanan. Dengan proses tersebut, diharapkan terbentuk jati diri manusia yang
berwatak, berakhlak, dan bermartabat.”[3]
Menurut
Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika mengatakan bahwa
pendidikan karakter erat kaitannya dengan nilai-nilai spiritualias dan agama.[4]
Dari gambaran diatas maka dalam
pembelajaran karakter pada anak, metode bercerita (storytelling), merupakan pendekatan yang paling
efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
rencanakan .
Untuk
lebih luasnya, dalam makah ini penulis akan menelaah dua jurnal yang
berisi tentang pembelajaran karakter dengan metode storytelling .
Dua judul jurnal itu adalah “Story- Telling
for Character Education” karya
Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas Toledo dan ” Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
Kecerdasan Moral
Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Al Azhar
Shifa Budi Samarinda
“ karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda
2016.
b.
Permasalahan
1.
Bagaimana
isi yang terkandung dalam jurnal yang berjudul “Story-
Telling for Character Education” karya Tony R. Sanchez
& Victoria Stewart Universitas Toledo ?
2.
Bagaimana
isi yang terkandung dalam ” Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
Kecerdasan Moral
Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Al Azhar
Shifa Budi Samarinda
“ karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda
2016.?
3.
Bagaimana
perbandingan dari kedua jurnal itu?
4.
Bagaimana
kelebihan dan kekurangan yang ada dari kedua jurnal itu?
II.
PEMBAHASAN
1.
Menelaah jurnal yang berjudul “Story-
Telling for Character Education” karya Tony R. Sanchez
& Victoria Stewart Universitas Toledo
Jurnal ini pada awal tulisannya menggabarkan tentang metode cerita
sangat baik digunakan oleh pendidik dalam materi pendidikan karekter. Karena
sangat banyak cerita yang didalamnya mengadung nilai-nilai yang baik, bila itu
dapat diceritakan dengan baik maka siswa akan tertarik dan cepat sekali
mengambil manfaatnya.
Metode bercerita (story
telling) adalah metode pembelajaran yang sangat baik dan efisien bila digunakan
oleh pendidik, karena ini sangat digemari oleh siswa, mereka akan cepat larut
dalam penggambaran karakter-karekter dalam cerita itu sehingga masuk dalam
pikiran dan perasan siswa.
Dalam jurnal ini digambarkan
bahwa cerita sejarah perjuangan Amerika yang sangat panjang didalamnya terdapat
nilai-nilai kejuangan, kebaranian dan tingkah laku yang baik, serta nilai
demokratis yang tinggi, maka sejarah itu sangat baik diceritakan pada siswa
karena diharapkan siswa akan dapat mengerti, memahami dan meniru
karakter-karekter yang baik itu untuk dirinya.
Namun dijelaskan dalam jurnal itu bahwa cerita yang menarik serta
sejarah yang begitu besar nilai karakternya tidak akan dapat diterima
ataupun dicerna oleh siswa, bila dalam
pendidik tidak memiliki kecakapan, kemampuan, pengalaman serta keseriusan dalam
menceritakan materi itu pada siswa. Maka peranan pendidik dalam penguaasaan
tehnik, metoda maupun bahasa yang baik dan mudah akan sangat menentukan
keberhasilan dalam menyampaikan cerita kepada siswanya. Tolok ukur dari
keberhasilan itu kalau siswa dapat memahami, meresapi hingga dapat melakukan
perubahan sikap, tingkah laku dan karakter yang lainnya seperi yang tergambar
dalam cerita yang diikutinya .
Pada saat ini di Amerika digambarkan sedang mengalami perubahan
cara pandang dan berpikir tentang diri dan Negaranya kususnya pada generasi
muda, bila itu dibiarkan maka akan terjadi krisis sosial yang mebahayakan bagi
negara, hal ini disamping karena pengarunh teknologi dan informasi, juga karena
mereka banyak yang tidak mengerti tentang sejarah perjuangan dari para pendiri
negara Amerika, sehingga mereka semakin jauh dari nilai-nilai karekter yang
diharapkan.
Semua kalangan baik yang konservatif maupun kalangan liberal
memiliki kesamaan pandangan bahwa para pendidik hendaknya melakukan langkah
untuk memberikan materi tantang sejarah Amerika serta cerita-cerita yang lain
yag mengandung kebaikan pada siswanya, agar para siswa dapat memahami serta meresapi
nilai kejuangan dan kecintaan terhadap negara semakin menguat. Metode bercerita
sangat tepat untuk digunakan pendidik dalam mengembangkan karakter pada siswa.
Pendidik dalam menggunakan metode cerita hendaknya memiliki
kapasitas yang kuat agar cerita yang disampaikan itu dapat diterima dan
dimengerti oleh siswanya. Kapasitas itu diantaranya keinginan yang kuat dari
pendidik, kemampuan bercerita dengan baik, penguasaan bahasa yang mudah, dapat
menggambarkan karakter secara jelas kepada siswa juga tidak kalah pentingnya
adalah penguasaan materi cerita yang akan disampaikan. Dalam penguasaan
materinya pendidik harus banyak membaca cerita-cerita yang dapat disampaikan
pada siswa, selain itu memilih tema yang tepat juga menjadi komponen yang
penting agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai . tujuan yang hendak dicapai
dari cerita yang disampaikan itu, diharapkan siswa akan memiliki karakter yang
kuat seperti penghormatan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, ketekunan,
keadilan yang akan menjadi modal untuk
kehidaupannya.
Pada cerita selanjutnya dikisahkan tentang tokoh perjuangan seorang
istri Presiden ke-2 Amerika John Adam yaitu Abigail Adams dimana dalam kehidupannya sangat
menarik untuk menjadi cerita dan inspirasi bagi generasi muda Amerika sekarang.
Dikisahkan bahwa Abigail sebagai seorang istri presiden, dia adalah
seorang pengacara, namun ketika suaminya dilantik menjadi presiden, dia
memutuskan untuk mendampinginya dengan mengurus rumah tangga sebagai kewajiban
utama sebagai seorang istri.
Saat presiden harus pindah ke istana (Gedung Putih ) untuk
melaksanakan banyak tugas kenegaraannya, Abigail mengajukan keinginan untuk
tetap tinggal dirumah asalnya di Quincy, Massachusetts. Di sini Abigail menjalankan
bisnisnya dan mengurus peternakannya dengan pada pekerja-pekerjanya. Dengan
kegigihannya, pengalaman dan kelincahannya dia dapat melaksanakan bisnis-bisnis
besar tanpa bantuan suaminya.
Permasalahan besar yang dihadapi saat menghadapi peternakan adalah masalah
tenaga kerja.
Diceritakan suatu ketika terjadi inflasi dan krisis, maka Abigail
kesulitan dg tenaga kerja, sehingga dia
memutuskan untuk menyekolahkan seorang anak pembatunya, yang nantinya
diharapkan akan bisa membantu pekerjaannya di peternakannya. Anak pembantunya
itu bernama James Prince, dia adalah seorang anak kulit hitam. Namun begitu
kagetnya dia ketika anak itu disekolahkan, banyak tetangga dan orang tua murid
disekolah itu menolaknya karena dia kulit hitam, mereka tidak mau bersekolah
bersama kulit hitam.
Abigail begitu kaget dan sangat marah melihat kesewenang-wenangan
yang tampak jelas, membedakan kelas dan ras
yang ada di daerah ini. Apa yang membedakan antara ras yang satu dengan
yang lain, antara warna kulit yang satu dangan yang lain, apakah anak yang
berkulit hitam tidak boleh bersama dalam segala hal dengan mereka yang berkulit
putih. Itulah kemarahan yang dia rasakan. Akhirnya Abigail membela hak James
prince yang berkulit hitam agar diterima bersekolah, serta berjuang terus untuk
menentang adanya persamaan hak atas
manusia yang ada disana, tanpa membedakan hak antara warna kulit dan ras
yang ada.
Cerita yang sangat baik utuk menggambarkan sikap dan perjuangan
dari Abigail ini dapat menjadi inspirasi dan menjadi tema yang baik bagi para
pendidik untuk diceritakan pada siswa-siswanya, karena banyak contok karakter
yang dapat dipetik dari cerita itu.
2.
Menelaah jurnal yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah
Pertama
Al
Azhar Shifa Budi Samarinda” karya Tri Wahyuni Wurdyastuti
Fakultas Psikologi Universitas
17 Agustus 1945 Samarinda 2016.
Jurnal ini merupakan hasil penelitian kuantitatif
menggunakan desain pre-eksperimental tipe one group Pre-test – post-test atau yang disebut juga before
– after design. Sampel penelitian adalah siswa SMP Al Azhar Shifa Budi
Samarinda berjumlah 60 siswa. Analisis data
menggunakan Uji beda
paired
sample t-Test, yaitu mencari
perbedaan
untuk sampel berpasangan.
Pada bagian
awal dalam tulisan ini dijelaskan tentang pengertian kecerdasan moral yaitu kemampuan
individu untuk memahami mana
hal yang benar
dan yang salah yang
meliputi tujuh kebajikan, yaitu
empati, hati nurani, dan kontrol diri, rasa
hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan. Tiga kebajikan yang merupakan dasar kecerdasan
moral anak
adalah
empati, hati
nurani
dan
kontrol diri.
Digambarkan
juga bahwa beberapa karakteristik siswa
usia SMP antara lain:
terjadinya
ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan,
mulai timbulnya
ciri-ciri seks sekunder, kecenderungan ambivalensi,
serta keinginan
menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta
keinginan untuk bebas dari
dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari
orang
tua, senang membandingkan
kaidah-kaidah,
nilai- nilai etika
atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan orang dewasa, mulai
mempertanyakan
secara skeptis
mengenai eksistensi dan
sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan, reaksi dan ekspresi emosi
masih labil, mulai mengembangkan standar
dan
harapan terhadap perilaku diri sendiri
yang sesuai dengan dunia
sosial dan kecenderungan
minat
dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
Atas dasar itu
maka diperlukan pendidikan dan bimbingan moral, baik
dari lingkungan keluarga, sekolah
dan
lingkungan sosial. Sekolah mempunyai peran yang penting
dalam peningkatan kecerdasan moral siswa SMP, karena pada tahap ini siswa masih
sangat labil dalam
emosi dan moralitasnya.
Metode storytelling merupakan salah
satu
cara yang efektif
untuk mengembangkan aspek-
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan). Storytelling merupakan
sebuah seni bercerita yang dapat
digunakan sebagai sarana
untuk menanamkan nilai-
nilai pada anak usia sekolah yang
dilakukan
tanpa perlu menggurui. Dengan bercerita atau dongeng
dapat ditanamkan berbagai
macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai
budaya, dan
sebagainya.
Berdasarkan
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru- guru dan kepala sekolah menyimpulkan jika
dilihat dari
kecerdasan
moral, siswa-siswi
SMP
Al Azhar Shifa
Budi
Samarinda masih kurang dalam kecerdasan moralnya terutama pada
aspek empati, kontrol
diri, toleransi, kebaikan hati serta
keadilan.
Penelitian
akan
didesain sebagai penelitian eksperimen dengan
perlakuan (intervensi) menggunakan metode storytelling yang akan dilakukan melalui pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN). Intervensi dilakukan dengan memberikan cerita-cerita yang mengandung aspek-aspek kecerdasan moral. Subyek dan sampel yang diuji adalah pada remaja awal di SMP Al-Azhar Shifa
Budi Samarinda kelas VII. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kecerdasan moral siswa
antara pre-test dengan post-test setelah
pelaksanaan storytelling di Sekolah
Menengah Pertama
Al Azhar Shifa Budi Samarinda.
Hubungan antara
metoda storytelling dengan
kecerdasan moral remaja adalah bahwa Storytelling merupakan salah satu cara yang efektif
untuk mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan),
sosial, dan aspek
konatif (penghayatan).
Cerita atau dongeng
dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan
sebagainya. Oleh
karena itu storytelling merupakan salah satu metode yang
dikembangkan untuk kecerdasan
moral
anak dan
remaja. Atau apabila dibalik logikanya, bahwa mengembangkan kecerdasan moral pada
remaja memerlukan metode pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan,
dan salah
satu metode
tersebut adalah
storytelling.
Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa
variabel kecerdasan moral yang
terdiri dari 7 aspek
semuanya mengalami kenaikan
skor antara sebelum
dan sesudah diberi perlakukan storytelling. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode
Storytelling terhadap
kecerdasan moral siswa di Sekolah Menengah
Pertama
Al
Azhar Shifa Budi
Samarinda. Hal
dibuktikan oleh hasil uji
beda yang menyatakan terdapat perbedaan antara kecerdasan moral pre-test dengan kecerdasan moral post-test
dengan nilai t yaitu -10,724 dan nilai signifikansinya (P) sebesar 0.000.
Perbedaan tersebut bermakna secara
statistik yang ditunjukkan
dengan peningkatan rata-rata skor 15,200.
3.
Membandingkan antara kedua jurnal yang ada
Bila kita bandingkan kedua jurnal itu maka yang menjadi tema
utamanya memiliki kesamaan yaitu membahas tentang arti pentingnya metode
storytelling yang digunakan oleh
pendidik pada siswanya. Namun sudut pandang yang berbeda, pada jurnal yang
pertama lebih menekankan pada hubungan antara metode storytelling dengan
pembentukan karakter siswa, kususnya karakter siswa yang berkaitan dengan
nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, persamaan hak, penghormatan, keberanian,
kejujuran, tanggung jawab, ketekunan, keadilan. Tema yang dicontohkan untuk
digunakan pada metode storytelling dalam jurnal ini adalah kisah tentang
sejarah berdirinya negara Amerika serta kisah perjuangan dari Istri Presiden
Amerika ke-2 John Adam yaitu Abigail Adams.
Dalam pembahasannya dibeberkan tentang bagaimana metode
storytelling itu dapat berhasil, dimana disini disampaikan bahwa keberhasilan
metode ini dipengaruhi oleh faktor tema yang disuguhkan, maupun kemampuan
pendidik dalam menyampaikannya. Kemampuan pendidik dikatakan bahwa dirinya harus
memiliki keyakinan untuk mau menggunakan metode itu, dan pendidik harus
berusaha menguasai materi storytelling itu dengan pengembangan keilmuan dan
informasi yang barkaitan dengan temanya. Hal itu dapat diupayakan oleh pendidik
dengan mencari buku-buku bacaan serta informasi yang relefan agar dalam
menggunakan metode storytelling itu dapat menarik bagi siswa.
Sedangkan pada jurnal yang kedua sudut pandangnya adalah penelitian
yang dilakukan tentang penggunaan metode storytelling di SMP Al Azhar
Shifa Budi Samarinda.
Sudut pandang pada jurnal kedua ini lebih kecil dibandingkan dengan jurnal yang
pertama, hal ini tampak bahwa penelitian itu hanya dilakukan pada ruang lingkup
suatu sekolah saja. Meskipun tema besarnya sama namun di jurnal kedua ini
penekannanya adalah pengaruh metode storytelling terhadap
kecerdasan moral
siswa di Sekolah Menengah
Pertama
Al
Azhar Shifa Budi Samarinda. Metode storytelling dalam jurnal ini
dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN). Intervensi dilakukan dengan memberikan cerita-cerita yang mengandung aspek-aspek kecerdasan moral. Sedangkan kecerdasan moral yang
dimaksud adalah meliputi tujuh kebajikan, yaitu
empati, hati nurani, dan kontrol diri, rasa
hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan. Tiga kebajikan yang merupakan dasar kecerdasan
moral anak
adalah
empati, hati
nurani
dan
kontrol diri dimana kesemua
itu adalah bentuk-bentuk karakter yang yang akan diinginkan.
Adapun perbedaan yang dapat diamati dari kedua jurnal itu
diantaranya adalah pada bentuk tulisannya, pada jurnal pertama berbentuk
diskripsi dengan study library dengan gambaran-gambaran yang luas dengan
membandingkan dan menyesuaikan dengan teori-teori para ahli. Sedangkan pada
jurnal yang kedua tulisannya merupakan laporan sebuah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain pre-eksperimental
tipe
one group Pre-test – post-test atau yang disebut juga before
– after design. Obyek penelitiannya relatif sempit
karena hanya melihat pada sebuah sekolah saja.
Pada jurnal pertama hanya berupa gambaran teori-teori dari para
ahli dengan menggambarkan keadaan yang terjadi berkaitan dengan metode
storytelling maupun pembentukan karakter siswa, namun pada jurnal kedua
disamping penggambaran teori storytelling dan kecerdasan moral dalam bentuk
teori dari para ahli, disini dilakukan pengujian secara nyata, bahwa teori yang
ada itu diaplikasikan dalam ruang, waktu dan personal yang telah ditetapkan,
sehingga menghasilkan sebuah laporan yang jelas dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah .
4.
Kelebihan dan kekurangan dari kedua jurnal yang ada
a.
Kelebihan
1)
Jurnal
yang berjudul “Story- Telling for Character
Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas
Toledo
a)
Dalam
jurnal ini tema dan pembahasanya sangat fokus terlihat bahwa tema yang diangkat
adalah pentingnya metode story telling disalamya dijelaskan dengan definisi,
pengertian yang jelas,serta di contohkan materi-materi yang dapat digunakan
oleh pendidik untuk digunakan dalam story telling pada siswanya.
b)
Fokus
yang digunakan untuk dijadikan tema dalam metode story telling dalam jurnal ini
adalah masalah-masalah tentang nasionalisme dengan contoh cerita sejarah
berdirinya negara Amerika serta tema demokrasi dan kesetaraan antara manusia
tanpa membedakan keturunan, ras maupun warna
kulit.
c)
Gambaran
yang jelas tentang bagaimana metode story telling dapat dilaksanakan sehingga
akan dapat menciptakan karakter pada siswa, diantaranya dengan memilih materi
yang tepat, kemampuan pendidik untuk menyampaikan metode itu sehingga tujuan
dari pembelajaran itu dapat berhasil dengan baik .
2)
Jurnal
yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
Kecerdasan Moral
Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Al Azhar
Shifa Budi Samarinda”
karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda
2016.
a)
Jurnal
ini merupakan penelitian kwantiatif yang menggambagkan tentang pentingnya
metode storytelling terhadap kecerdasan moral siswa di Sekolah
Menengah Pertama Al Azhar
Shifa Budi Samarinda,
bila dikaji secara ilmiah, maka metode yang digunakan baik penentuan tema,
metode penelitian, pengujian dan kesimpulan dapat dipertaggung jawabkan serta
jelas adanya.
b)
Gambaran permasalahan yang ditampilkan sangat jelas
dan spesifik, sehingga dalam kajian selanjutnya akan sangat mudah diikuti.
Dalam jurnal ini meskipun relatif singkat namun sejak awal dalam penentuan
tema, pembahasan hingga kesimpulannya sangat fokus, tidak ditemukan materi
ataupun bahasan yang menyimpang dari tema .
c)
Hasil
penelitiannya sangat jelas dan dapat digunakan oleh siapapun, artinya penelitian
ini menjadi sumbangan pemikiran yang dapat dipertimbangkan bagi siapa saja yang
akan menggunakannya.
b.
Kekurangan
1)
Jurnal
yang berjudul “Story- Telling for Character
Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas
Toledo
a)
Sudut
padangnya terlalu luas karena digambarkan untuk generasi muda negara Amerika,
tampak dalam jurnal itu penggambaran mengenai pentingnya metode storytelling
digunakan dalam pembelajaran di Amerika .
b)
Karena
cakupan materinya yang luas, dan dengan bahasa Inggris atau bahasa asing, maka
sangat sulit untuk menelaah apa yang tersirat dari jurnal itu, dimungkinkan ada
pesan-pesan tertentu yang mungkin disisipkan dalam jurnal itu, akan tetapi
sulit sekali untuk dapat ditangkap dan dipahami .
2)
Jurnal
yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
Kecerdasan Moral
Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Al Azhar
Shifa Budi Samarinda”
karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda
2016.
a)
Pada
dasarnya jurnal ini sudah tidak ada kekurangannya, namun bila dicermati, masih
ada hal yang tidak dijelaskan secara rinci, meskipun mungkin memang tidak
menjadi pertimbangan urgensinya sehingga tidak dijelaskan, diantaranya adalah
tema dan cara yang digunakan oleh guru PPKn dalam menggunakan metode
storytelling itu. Kalau itu dijelaskan guru siapa dan materi apa yang digunakan
dalam strorytelling, maka akan lebih jelas dan akan dapat dikaji lebih mendalam
.
b)
Dari
hasil penelitian yang dilakukan, ternyata tidak semua siswa mengalami perubahan
sikap, hanya dalam kategori sedang dan tinggi saja. Sementara bila kita cermati
dalam bentuk angka itu menunjukkan prosentase saja, sementara masih ada siswa
yang sudah mengikuti pelajaran PPKn dengan metode storytelling itu ternyata
tidak ada perubahan sikap sama sekali setelah di uji. Menurut saya sebaiknya
harus dievaluasi secara tertulis mengapa masih ada siswa yang sama sekali tidak
berpengaruh setelah dilakukan metode storytelling itu.
III.
PENUTUP
Metode
bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara
lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik.
Metode bercerita (storytelling) adalah metode
yang efektif dan paling banyak digemari pada usia anak karena cerita umumnya
lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga akan terekam jauh lebih kuat dalam
memori manusia juga melalui (storytelling) anak diajarkan mengambil
hikmah.
Pembelajaran
karakter pada anak, dengan menggunakan metode bercerita (storytelling), merupakan pendekatan yang paling
efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
rencanakan. Tujuan pembelajaran karakter itu anak diharapkan memiliki karakter
yang baik seperti penghormatan, keberanian, kejujuran, tanggung
jawab, ketekunan, keadilan, empati,
hati nurani, dan kontrol
diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan,
perjuangan, nasionalisme, persamaan hak .
Agar dalam menggunakan metode cerita dapat berhasil dengan baik,
maka pendidik hendaknya memiliki kapasitas yang kuat, kemampuan bercerita
dengan baik, penguasaan bahasa yang mudah, dapat menggambarkan karakter secara
jelas kepada siswa juga tidak kalah pentingnya adalah penguasaan materi cerita
yang akan disampaikan. Agar dapat menguasai materinya pendidik harus banyak membaca
cerita yang relefan dengan tema-tema yang cocok dengan pendidikan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Tony R. Sanchez dan Victoria Stewart, The Remarkable Abigail:
Story- Telling
for Character Education, University of Toledo, The High School Journal – April/May 2006
Tri Wahyuni Wurdyastuti, Jurnal
Penelitian, Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
Kecerdasan Moral
Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Al Azhar
Shifa Budi Samarinda Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945,
Samarinda,
2016
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori
& Aplikasi (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2013)
Bachri, S
Bachtiar, Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya,
(Jakarta: Depdikbud, 2005)
Dedi Mulyasana, “Pendidikan Karakter: Apa, Mengapa dan
Bagaimana?”, dalam Dasim Budiman dan Kokom Komalasari (Ed.), Pendidikan
Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa,
(Bandung: Widya Aksara Press, 2001), cet. ke-1.
[1] Jamil
Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi
(Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2013), hlm 257
[2]
Bachri, S Bachtiar, Pengembangan
Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya, (Jakarta: Depdikbud, 2005), hlm
11
[3] Dedi
Mulyasana, “Pendidikan Karakter: Apa, Mengapa dan Bagaimana?”, dalam Dasim
Budiman dan Kokom Komalasari (Ed.), Pendidikan Karakter: Nilai Inti bagi
Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa, (Bandung: Widya Aksara Press, 2001),
cet. ke-1, hlm. 298
Tidak ada komentar:
Posting Komentar