Jumat, 01 Desember 2017

TELAAH PRAKTIK PEMBELAJARAN KARAKTER (STORY TELLING)

I.                   PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Beberapa penelitian menyebutkan metode bercerita (storytelling) adalah metode yang efektif dan paling banyak digemari pada usia anak. Alasan mengapa (storytelling) dianggap efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui (storytelling) anak diajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metode bercerita akan membuat anak lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat. Untuk menciptakan anak cerdas dan sukses diperlukan usaha yang maksimal, Storytelling (metode bercerita) juga mampu menstimulasi berbagai kecerdasan anak . Diantaranya  mampu meningkatkan kecerdasan bahasa anak, kreatifitas dan menanamkan moral pada anak sehingga akan membentuk karakter siswa yang baik. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter yaitu tabiat seseorang yang langsung di-drive oleh otak.[1]
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Bercerita merupakan hal yang disenangi oleh semua manusia karena sebelum memiliki kemampuan menyampaikan pesan melalui tertulis, mereka menyampaikan pesan secara lisan. Menurut Bachri manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. [2]
Secara lebih luas dan mendalam, pendidikan karakter diartikan sebagai: “Proses pembentukan jati diri manusia yang dilakukan dengan cara membangun kualitas logika, akhlak, dan keimanan. Pembentukannya diarahkan pada proses pembebasan manusia dari ketidakmampuan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, ketidakadilan dan dari buruknya akhlak dan keimanan. Dengan proses tersebut, diharapkan terbentuk jati diri manusia yang berwatak, berakhlak, dan bermartabat.”[3] Menurut Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika mengatakan bahwa pendidikan karakter erat kaitannya dengan nilai-nilai spiritualias dan agama.[4]
Dari gambaran diatas maka dalam pembelajaran karakter pada anak, metode bercerita (storytelling), merupakan pendekatan yang paling  efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang rencanakan .
Untuk lebih luasnya, dalam makah ini penulis akan menelaah dua jurnal  yang  berisi tentang pembelajaran karakter dengan metode storytelling . Dua judul jurnal itu adalah “Story- Telling  for Character  Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas Toledo dan ” Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda “ karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 2016.
b.      Permasalahan
1.      Bagaimana isi yang terkandung dalam jurnal yang berjudul “Story- Telling  for Character  Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas Toledo ?
2.      Bagaimana isi yang terkandung dalam ” Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda “ karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 2016.?
3.      Bagaimana perbandingan  dari kedua jurnal itu?
4.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan yang ada dari kedua jurnal itu?

II.                PEMBAHASAN
1.      Menelaah jurnal yang berjudul “Story- Telling  for Character  Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas Toledo
Jurnal ini pada awal tulisannya menggabarkan tentang metode cerita sangat baik digunakan oleh pendidik dalam materi pendidikan karekter. Karena sangat banyak cerita yang didalamnya mengadung nilai-nilai yang baik, bila itu dapat diceritakan dengan baik maka siswa akan tertarik dan cepat sekali mengambil manfaatnya.
 Metode bercerita (story telling) adalah metode pembelajaran yang sangat baik dan efisien bila digunakan oleh pendidik, karena ini sangat digemari oleh siswa, mereka akan cepat larut dalam penggambaran karakter-karekter dalam cerita itu sehingga masuk dalam pikiran dan perasan siswa.
Dalam  jurnal ini digambarkan bahwa cerita sejarah perjuangan Amerika yang sangat panjang didalamnya terdapat nilai-nilai kejuangan, kebaranian dan tingkah laku yang baik, serta nilai demokratis yang tinggi, maka sejarah itu sangat baik diceritakan pada siswa karena diharapkan siswa akan dapat mengerti, memahami dan meniru karakter-karekter yang baik itu untuk dirinya.
Namun dijelaskan dalam jurnal itu bahwa cerita yang menarik serta sejarah yang begitu besar nilai karakternya tidak akan dapat diterima ataupun  dicerna oleh siswa, bila dalam pendidik tidak memiliki kecakapan, kemampuan, pengalaman serta keseriusan dalam menceritakan materi itu pada siswa. Maka peranan pendidik dalam penguaasaan tehnik, metoda maupun bahasa yang baik dan mudah akan sangat menentukan keberhasilan dalam menyampaikan cerita kepada siswanya. Tolok ukur dari keberhasilan itu kalau siswa dapat memahami, meresapi hingga dapat melakukan perubahan sikap, tingkah laku dan karakter yang lainnya seperi yang tergambar dalam cerita yang diikutinya .
Pada saat ini di Amerika digambarkan sedang mengalami perubahan cara pandang dan berpikir tentang diri dan Negaranya kususnya pada generasi muda, bila itu dibiarkan maka akan terjadi krisis sosial yang mebahayakan bagi negara, hal ini disamping karena pengarunh teknologi dan informasi, juga karena mereka banyak yang tidak mengerti tentang sejarah perjuangan dari para pendiri negara Amerika, sehingga mereka semakin jauh dari nilai-nilai karekter yang diharapkan.
Semua kalangan baik yang konservatif maupun kalangan liberal memiliki kesamaan pandangan bahwa para pendidik hendaknya melakukan langkah untuk memberikan materi tantang sejarah Amerika serta cerita-cerita yang lain yag mengandung kebaikan pada siswanya, agar para siswa dapat memahami serta meresapi nilai kejuangan dan kecintaan terhadap negara semakin menguat. Metode bercerita sangat tepat untuk digunakan pendidik dalam mengembangkan karakter pada siswa.
Pendidik dalam menggunakan metode cerita hendaknya memiliki kapasitas yang kuat agar cerita yang disampaikan itu dapat diterima dan dimengerti oleh siswanya. Kapasitas itu diantaranya keinginan yang kuat dari pendidik, kemampuan bercerita dengan baik, penguasaan bahasa yang mudah, dapat menggambarkan karakter secara jelas kepada siswa juga tidak kalah pentingnya adalah penguasaan materi cerita yang akan disampaikan. Dalam penguasaan materinya pendidik harus banyak membaca cerita-cerita yang dapat disampaikan pada siswa, selain itu memilih tema yang tepat juga menjadi komponen yang penting agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai . tujuan yang hendak dicapai dari cerita yang disampaikan itu, diharapkan siswa akan memiliki karakter yang kuat seperti penghormatan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, ketekunan, keadilan yang akan  menjadi modal untuk kehidaupannya.
Pada cerita selanjutnya dikisahkan tentang tokoh perjuangan seorang istri Presiden ke-2 Amerika John Adam yaitu  Abigail Adams dimana dalam kehidupannya sangat menarik untuk menjadi cerita dan inspirasi bagi generasi muda  Amerika sekarang.
Dikisahkan bahwa Abigail sebagai seorang istri presiden, dia adalah seorang pengacara, namun ketika suaminya dilantik menjadi presiden, dia memutuskan untuk mendampinginya dengan mengurus rumah tangga sebagai kewajiban utama sebagai seorang istri.
Saat presiden harus pindah ke istana (Gedung Putih ) untuk melaksanakan banyak tugas kenegaraannya, Abigail mengajukan keinginan untuk tetap tinggal dirumah asalnya di Quincy, Massachusetts. Di sini Abigail menjalankan bisnisnya dan mengurus peternakannya dengan pada pekerja-pekerjanya. Dengan kegigihannya, pengalaman dan kelincahannya dia dapat melaksanakan bisnis-bisnis besar tanpa  bantuan suaminya. Permasalahan besar yang dihadapi saat menghadapi peternakan adalah masalah tenaga kerja.
Diceritakan suatu ketika terjadi inflasi dan krisis, maka Abigail kesulitan dg tenaga kerja, sehingga dia  memutuskan untuk menyekolahkan seorang anak pembatunya, yang nantinya diharapkan akan bisa membantu pekerjaannya di peternakannya. Anak pembantunya itu bernama James Prince, dia adalah seorang anak kulit hitam. Namun begitu kagetnya dia ketika anak itu disekolahkan, banyak tetangga dan orang tua murid disekolah itu menolaknya karena dia kulit hitam, mereka tidak mau bersekolah bersama kulit hitam.
Abigail begitu kaget dan sangat marah melihat kesewenang-wenangan yang tampak jelas, membedakan kelas dan ras  yang ada di daerah ini. Apa yang membedakan antara ras yang satu dengan yang lain, antara warna kulit yang satu dangan yang lain, apakah anak yang berkulit hitam tidak boleh bersama dalam segala hal dengan mereka yang berkulit putih. Itulah kemarahan yang dia rasakan. Akhirnya Abigail membela hak James prince yang berkulit hitam agar diterima bersekolah, serta berjuang terus untuk menentang adanya persamaan hak atas  manusia yang ada disana, tanpa membedakan hak antara warna kulit dan ras yang ada.
Cerita yang sangat baik utuk menggambarkan sikap dan perjuangan dari Abigail ini dapat menjadi inspirasi dan menjadi tema yang baik bagi para pendidik untuk diceritakan pada siswa-siswanya, karena banyak contok karakter yang dapat dipetik dari cerita itu.

2.    Menelaah jurnal yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda” karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 2016.
Jurnal ini merupakan hasil penelitian kuantitatif menggunakan desain pre-eksperimental tipe one group Pre-test post-test atau yang disebut juga before – after design. Sampel penelitian adalah siswa SMP Al Azhar Shifa Budi Samarinda berjumlah 60 siswa. Analisis data menggunakan Uji beda paired sample t-Test, yaitu mencari perbedaan untuk sampel berpasangan.
Pada bagian awal dalam tulisan ini dijelaskan tentang pengertian kecerdasan moral yaitu kemampuan  individu  untuk  memahami  mana  hal yang benar dan yang salah yang  meliputi tujuh kebajikan, yaitu empati, hati nurani, dan kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan. Tiga kebajikan yang merupakan dasar kecerdasan  moral  anak  adalah  empati,  hati  nurani dan kontrol diri.
Digambarkan juga bahwa beberapa karakteristik siswa usia SMP antara lain: terjadinya ketidak seimbangan proporsi  tinggi  dan  berat  badan,  mulai  timbulnya ciri-ciri seks sekunder, kecenderungan ambivalensi, serta  keinginan  menyendiri  dengan  keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua, senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai- nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa, mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan, reaksi dan ekspresi emosi masih labil, mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial dan kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
Atas dasar itu maka diperlukan pendidikan dan bimbingan moral, baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial.  Sekolah  mempunyai   pera yang   penting dalam peningkatan kecerdasan moral siswa SMP, karena pada tahap ini siswa masih sangat labil dalam emosi dan moralitasnya.
Metode storytelling merupakan salah satu cara  yang  efektif  untuk  mengembangkaaspek- aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan). Storytelling  merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai- nilai pada anak usia sekolah yang dilakukan tanpa perlu menggurui. Dengan bercerita atau dongeng  dapat  ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru- guru dan kepala sekolah menyimpulkan jika dilihat dari kecerdasan moral, siswa-siswi SMP Al Azhar Shifa Budi Samarinda masih kurang dalam kecerdasan moralnya terutama pada aspek empati, kontrol diri, toleransi, kebaikan hati serta keadilan.
Penelitian akan didesain sebagai penelitian eksperimen dengan perlakuan (intervensi)     menggunakan metode storytelling yang akan dilakukan melalui pelajaran PendidikaPancasila  dan  Kewarganegaraan (PPKN). Intervensi dilakukan dengan memberikan cerita-cerita yang mengandung aspek-aspek kecerdasan moral. Subyek dan sampel yang diuji adalah   pada remaja awal di SMP Al-Azhar Shifa Budi Samarinda kelas VII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan moral siswa antara pre-test dengan post-test setelah pelaksanaan storytelling di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda.
Hubungan antara metoda  storytelling dengan kecerdasan  moral remaja adalah bahwa Storytelling merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif  (penghayatan).  Cerita atau  dongeng  dapat  ditanamkan  berbagai  macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Oleh karena itu storytelling merupakan salah satu metode yang dikembangkan untuk kecerdasan moral anak dan remaja. Atau apabila dibalik logikanya, bahwa mengembangkan kecerdasan moral pada remaja memerlukan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan,   da salah   satu   metode   tersebut adalah storytelling.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel kecerdasan moral yang terdiri dari 7 aspek semuanya mengalami kenaikan skor antara  sebelum dan sesudah diberi perlakukan storytelling. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode Storytelling terhadap kecerdasan moral siswa di Sekolah Menengah Pertama   Al   Azha Shifa   Budi   Samarinda.   Hal dibuktikan oleh hasil uji beda yang menyatakan terdapat perbedaan antara  kecerdasan moral pre-test dengakecerdasan  moral  post-test  dengan  nilai  t yaitu -10,724 dan nilai signifikansinya (P) sebesar 0.000. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata skor 15,200. 
3.      Membandingkan antara kedua jurnal yang ada
Bila kita bandingkan kedua jurnal itu maka yang menjadi tema utamanya memiliki kesamaan yaitu membahas tentang arti pentingnya metode storytelling  yang digunakan oleh pendidik pada siswanya. Namun sudut pandang yang berbeda, pada jurnal yang pertama lebih menekankan pada hubungan antara metode storytelling dengan pembentukan karakter siswa, kususnya karakter siswa yang berkaitan dengan nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, persamaan hak, penghormatan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, ketekunan, keadilan. Tema yang dicontohkan untuk digunakan pada metode storytelling dalam jurnal ini adalah kisah tentang sejarah berdirinya negara Amerika serta kisah perjuangan dari Istri Presiden Amerika ke-2 John Adam yaitu Abigail Adams.
Dalam pembahasannya dibeberkan tentang bagaimana metode storytelling itu dapat berhasil, dimana disini disampaikan bahwa keberhasilan metode ini dipengaruhi oleh faktor tema yang disuguhkan, maupun kemampuan pendidik dalam menyampaikannya. Kemampuan pendidik dikatakan bahwa dirinya harus memiliki keyakinan untuk mau menggunakan metode itu, dan pendidik harus berusaha menguasai materi storytelling itu dengan pengembangan keilmuan dan informasi yang barkaitan dengan temanya. Hal itu dapat diupayakan oleh pendidik dengan mencari buku-buku bacaan serta informasi yang relefan agar dalam menggunakan metode storytelling itu dapat menarik bagi siswa.
Sedangkan pada jurnal yang kedua sudut pandangnya adalah penelitian yang dilakukan tentang penggunaan metode storytelling di SMP Al Azhar Shifa Budi Samarinda. Sudut pandang pada jurnal kedua ini lebih kecil dibandingkan dengan jurnal yang pertama, hal ini tampak bahwa penelitian itu hanya dilakukan pada ruang lingkup suatu sekolah saja. Meskipun tema besarnya sama namun di jurnal kedua ini penekannanya adalah pengaruh metode storytelling  terhadap kecerdasan moral siswa di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda. Metode storytelling dalam jurnal ini dilakukan pada mata pelajaran PendidikaPancasila  dan  Kewarganegaraan (PPKN). Intervensi dilakukan dengan memberikan cerita-cerita yang mengandung aspek-aspek kecerdasan moral. Sedangkan kecerdasan moral yang dimaksud adalah meliputi tujuh kebajikan, yaitu empati, hati nurani, dan kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan. Tiga kebajikan yang merupakan dasar kecerdasan  moral  anak  adalah  empati,  hati  nurani dan kontrol diri dimana kesemua itu adalah bentuk-bentuk karakter yang yang akan diinginkan.
Adapun perbedaan yang dapat diamati dari kedua jurnal itu diantaranya adalah pada bentuk tulisannya, pada jurnal pertama berbentuk diskripsi dengan study library dengan gambaran-gambaran yang luas dengan membandingkan dan menyesuaikan dengan teori-teori para ahli. Sedangkan pada jurnal yang kedua tulisannya merupakan laporan sebuah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain pre-eksperimental tipe one group Pre-test post-test atau yang disebut juga before – after design. Obyek penelitiannya relatif sempit karena hanya melihat pada sebuah sekolah saja.
Pada jurnal pertama hanya berupa gambaran teori-teori dari para ahli dengan menggambarkan keadaan yang terjadi berkaitan dengan metode storytelling maupun pembentukan karakter siswa, namun pada jurnal kedua disamping penggambaran teori storytelling dan kecerdasan moral dalam bentuk teori dari para ahli, disini dilakukan pengujian secara nyata, bahwa teori yang ada itu diaplikasikan dalam ruang, waktu dan personal yang telah ditetapkan, sehingga menghasilkan sebuah laporan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah .

4.      Kelebihan dan kekurangan dari kedua jurnal yang ada
a.      Kelebihan
1)   Jurnal yang berjudul “Story- Telling  for Character  Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas Toledo
a)      Dalam jurnal ini tema dan pembahasanya sangat fokus terlihat bahwa tema yang diangkat adalah pentingnya metode story telling disalamya dijelaskan dengan definisi, pengertian yang jelas,serta di contohkan materi-materi yang dapat digunakan oleh pendidik untuk digunakan dalam story telling pada siswanya.
b)      Fokus yang digunakan untuk dijadikan tema dalam metode story telling dalam jurnal ini adalah masalah-masalah tentang nasionalisme dengan contoh cerita sejarah berdirinya negara Amerika serta tema demokrasi dan kesetaraan antara manusia tanpa membedakan keturunan, ras maupun  warna kulit.
c)      Gambaran yang jelas tentang bagaimana metode story telling dapat dilaksanakan sehingga akan dapat menciptakan karakter pada siswa, diantaranya dengan memilih materi yang tepat, kemampuan pendidik untuk menyampaikan metode itu sehingga tujuan dari pembelajaran itu dapat berhasil dengan baik .
2)   Jurnal yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda” karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 2016.
a)      Jurnal ini merupakan penelitian kwantiatif yang menggambagkan tentang pentingnya metode storytelling terhadap kecerdasan moral siswa di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda, bila dikaji secara ilmiah, maka metode yang digunakan baik penentuan tema, metode penelitian, pengujian dan kesimpulan dapat dipertaggung jawabkan serta jelas adanya.
b)      Gambaran permasalahan yang ditampilkan sangat jelas dan spesifik, sehingga dalam kajian selanjutnya akan sangat mudah diikuti. Dalam jurnal ini meskipun relatif singkat namun sejak awal dalam penentuan tema, pembahasan hingga kesimpulannya sangat fokus, tidak ditemukan materi ataupun bahasan yang menyimpang dari tema .
c)      Hasil penelitiannya sangat jelas dan dapat digunakan oleh siapapun, artinya penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran yang dapat dipertimbangkan bagi siapa saja yang akan menggunakannya.
b.      Kekurangan
1)      Jurnal yang berjudul “Story- Telling  for Character  Education” karya Tony R. Sanchez & Victoria Stewart Universitas Toledo
a)      Sudut padangnya terlalu luas karena digambarkan untuk generasi muda negara Amerika, tampak dalam jurnal itu penggambaran mengenai pentingnya metode storytelling digunakan dalam pembelajaran di Amerika .
b)      Karena cakupan materinya yang luas, dan dengan bahasa Inggris atau bahasa asing, maka sangat sulit untuk menelaah apa yang tersirat dari jurnal itu, dimungkinkan ada pesan-pesan tertentu yang mungkin disisipkan dalam jurnal itu, akan tetapi sulit sekali untuk dapat ditangkap dan dipahami .
2)      Jurnal yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda” karya Tri Wahyuni Wurdyastuti Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 2016.
a)      Pada dasarnya jurnal ini sudah tidak ada kekurangannya, namun bila dicermati, masih ada hal yang tidak dijelaskan secara rinci, meskipun mungkin memang tidak menjadi pertimbangan urgensinya sehingga tidak dijelaskan, diantaranya adalah tema dan cara yang digunakan oleh guru PPKn dalam menggunakan metode storytelling itu. Kalau itu dijelaskan guru siapa dan materi apa yang digunakan dalam strorytelling, maka akan lebih jelas dan akan dapat dikaji lebih mendalam .
b)      Dari hasil penelitian yang dilakukan, ternyata tidak semua siswa mengalami perubahan sikap, hanya dalam kategori sedang dan tinggi saja. Sementara bila kita cermati dalam bentuk angka itu menunjukkan prosentase saja, sementara masih ada siswa yang sudah mengikuti pelajaran PPKn dengan metode storytelling itu ternyata tidak ada perubahan sikap sama sekali setelah di uji. Menurut saya sebaiknya harus dievaluasi secara tertulis mengapa masih ada siswa yang sama sekali tidak berpengaruh setelah dilakukan metode storytelling itu.

III.             PENUTUP
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik.
Metode bercerita (storytelling) adalah metode yang efektif dan paling banyak digemari pada usia anak karena cerita umumnya lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga akan terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia juga melalui (storytelling) anak diajarkan mengambil hikmah.
Pembelajaran karakter pada anak, dengan menggunakan metode bercerita (storytelling), merupakan pendekatan yang paling  efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang rencanakan. Tujuan pembelajaran karakter itu anak diharapkan memiliki karakter yang baik seperti  penghormatan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, ketekunan, keadilan, empati, hati nurani, dan kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan, perjuangan, nasionalisme, persamaan hak .
Agar dalam menggunakan metode cerita dapat berhasil dengan baik, maka pendidik hendaknya memiliki kapasitas yang kuat, kemampuan bercerita dengan baik, penguasaan bahasa yang mudah, dapat menggambarkan karakter secara jelas kepada siswa juga tidak kalah pentingnya adalah penguasaan materi cerita yang akan disampaikan. Agar dapat menguasai materinya pendidik harus banyak membaca cerita yang relefan dengan tema-tema yang cocok dengan pendidikan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Tony  R. Sanchez  dan Victoria Stewart, The Remarkable Abigail:  Story- Telling  for Character  Education, University of Toledo, The High School Journal April/May 2006
Tri Wahyuni Wurdyastuti, Jurnal Penelitian, Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Kecerdasan Moral Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Al Azhar Shifa Budi Samarinda Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda, 2016
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2013)
Bachri, S Bachtiar, Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya, (Jakarta: Depdikbud, 2005)
Dedi Mulyasana, “Pendidikan Karakter: Apa, Mengapa dan Bagaimana?”, dalam Dasim Budiman dan Kokom Komalasari (Ed.), Pendidikan Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa, (Bandung: Widya Aksara Press, 2001), cet. ke-1.



[1] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2013), hlm 257
[2]    Bachri, S Bachtiar, Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya, (Jakarta: Depdikbud, 2005), hlm 11
[3] Dedi Mulyasana, “Pendidikan Karakter: Apa, Mengapa dan Bagaimana?”, dalam Dasim Budiman dan Kokom Komalasari (Ed.), Pendidikan Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa, (Bandung: Widya Aksara Press, 2001), cet. ke-1, hlm. 298
[4] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi ... op.cit, hlm 258

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN HASIL RISET TENTANG MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DI MIS KURIPAN KIDUL

A.     PENDAHULUAN Sejak  bayi  anak  berkembang  secara  fisik,  mental,  sosial,  dan  emosional.  Kemampuan  anak berjalan,  berbicara...