A.
PENDAHULUAN
Manusia pada hakikatnya memiliki
rasa ingin tahu baik yang tampak kongret dan nyata maupun yang tidak tampak, semua
itu akan menjadi sebuah pengetahuan. Pengalaman itu harus melalui proses ilmiah
lebih lanjut yang di metodologis.
Pengetahuan yang di sempurnakan maka
di sebutlah dengan ilmu, ilmu memiliki dua macam objek material dan objek formal[1],
Ilmu juga sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study),
penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find), atau
pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan
berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah research
(penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan
pengetahuan baru .
Pengetahuan
yang telah disempurnakan atau yang dikenal dengan sebutan ilmu itu
bermacam-macam. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas klasifikasi dan
hirarki ilmu menurut para ilmuwan mengingat pentingnya mengetahui dan
mempelajari ilmu tersebut.
B.
PERMASALAHAN
1.
Bagaimana
Klasifikasi Ilmu dalam berbagai Perspektif ?
2.
Bagaimana
Hirarki Ilmu itu dalam berbagai Perspektif ?
3.
Bagaimana
Klasifikasi dan Hirarki Ilmu dalam Islam ?
C.
PEMBAHASAN MASALAH
1.
KLASIFIKASI ILMU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
a.
Pengertian Klasifikasi Ilmu
Klasifikasi
merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi sesuatu cabang
ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubungannya dengan
cabang-cabang yang lain. Pemunculan suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa
faktor. Bert Hoselitz[2]
menyebut ada tiga syarat dalam pembentukan suatu disiplin khusus yang baru
dalam bidang ilmu manapun yaitu :
1)
Eksistensi dan pengenalan
seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian beberapa penyelidik.
2)
Pengumpulan sejumlah cukup data yang
akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi yang cukup luas
lingkupnya untuk menunjukkan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang
diselidiki.
3)
Pencapaian pengakuan resmi atau
institusional terhadap disiplin batu itu.
Dengan berkembangnya demikian banyak
cabang ilmu khusus, timbullah masalah pokok tentang penggolongan ilmu-ilmu itu.
Klasifikasi atau penggolongan ilmu
pengetahuan telah mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat
zaman[3].
Sehingga melahirkan banyak
pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu itu sendiri.
b.
Klasifikasi
Ilmu menurut para ahli
Banyak
pengklasifikasian ilmu yang dikemukakan oleh para ahli dengan cara yang
berbeda-beda pula diantaranya adalah :
1)
Menurut Thomas Kuhn
Thomas mengklasifikasikan ilmu
sebagai berikut :
a)
Sains yang Normal ( Normal Sceince )
Adalah riset dengan teguh berdasarkan atas satu atau
lebih dalam pencapai ilmiah yang lalu, pencapaian oleh masyarakat ilmiah
tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai pemberi fundasi bagi praktik
selanjutnya.[4] Ilmu yang
sudah matang dikuasai oleh suatu paradigma tunggal. Paradigma menetapkan
standard-standar pekerjaan yang sah di dalam lingkungan yang dikuasai ilmu itu.
Menurut Kuhn, eksistensi suatu paradigma yang mampu mendukung tradisi ilmu
biasa merupakan ciri yang membedakan ilmu dengan non ilmu.
b)
Anomali
Terjadinya anomali karena mengingat penemuan baru kemudian
penciptaan teori baru. Perbedaan antara penemuan (discovery) dan
penciptaan ( antara fakta dan teori), bagaimanapun akan segera terbukti secara
signifikan. Penemuan bukanlah peristiwa yang baru, melainkan
kejadian yang diperluas dengan struktur yang yang berulang secara teratur.
Dengan adanya anomali dalam sains yaitu penumpakan masalah tak terpecahkan
maka terjadi sebuah penemuan baru yang merupakan rangkaian sebuah peristiwa atau
yang di sebut periode dalam peristiwa. Tidak sesuai dengan sains normal sehingga
menimbulkan sebuah penemuan, hal tersebut akan berakhir bila paradigma telah
disesuaikan, namun sebelum hal itu disesuaikan maka akan terjadi sebuah krisis
.
c)
Krisis
Merupakan prakondisi yang perlu dan penting bagi munculnya
teori-teori baru. Khun mengemukakan bila ilmuwan di hadapkan pada sebuah
krisis, yang pertama memperhatikan apa
yang tidak pernah dilakukan oleh para ilmuan yang dihadapkan kepada anomali
yang berkepanjangan dan parah sekalipun. Meskipun mereka mungkin
mulai kehilangan kepercayaan dan kemudian mempertimbangkan
allternatif-alternatif lain. Pada masa krisis menumpukan anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuan terhadap paradigma.
Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuan mulai keluar dari
jalur ilmu normal. Namun jika ditemukan sebuah pemecahan yang lebih memuaskan oleh
para ilmuan, yang dapat
menyelesaikan keadaan krisisnya dengan menyusun suatu paradigma baru, maka terjadilahlah “revolusi sains”
d)
Revolusi sains
Revolusi sains dianggap sebagai episode
perkembangan non kumulatif yang didalamnya paradigma lama diganti
seluruhnya atau sebagian oleh paradigma yang baru dan bertentangan. Hal
mendasar pada paradigma baru di sebut dengan revolusi sains, dalam menghadapi perbedaan
yang luas dan esensial di antara perkembangan politik dengan perkembangan
sains, satu aspek dan kesejajarannya harus sudah nyata . Revolusi sains
terwujud karena ketidak berdayaan dan ketidak mampuan ilmuwan dalam menggunakan
paradigma sehingga terbentuk sebuah kesadaran mewujudkan paradigma baru.
Kuhn juga menyatakan revolusi
sebagai perubahan pada pandangan dunia, dengan adanya perubahan paradigma
ilmuwan sehingga membuat pandangan dunia berubah, bukan pada geografis namun
perubahan pada kegiatan riset seorang ilmuwan.
2)
Menurut August Comte
Comte mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut :[5]
a)
Ilmu Pasti (
Matematika )
Merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan karena
sifatnya yang tetap, abstrak dan pasti .
b)
Ilmu
Perbintangan ( Astronomi )
Ilmu yang menerangkan
bagaimana bentuk, ukuran, kedudukan serta gerak benda langit seperti bintang,
bumi, bulan, matahari dan planet lain.
c)
Ilmu Alam (
Fisika )
Ilmu alam merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu
perbintangan, pemahaman gejala-gejala fisika dan hukum fisika maka akan dapat
diramalkan dengan tepat semua gejala yang ditunjukkan oleh suatu benda yang
berada pada suatu tatanan atau keadaan tertentu.
d)
Ilmu Kimia (
Chemistry )
Gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks daripada
ilmu alam. Pendekatan yang digunakan dalam kimia ini tidak hanya melalui pengamatan
(observasi) dan percobaan (eksperimen) melainkan juga dengan
perbandingan (komparasi).
e)
Ilmu Hayat (
Biologi )
Biologi merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan
dengan gejala kehidupan. Gejala dalam biologi mengalami perubahan yang cepat
dan perkembangannya belum sampai pada tahap positif .
f)
Fisika
Sosial ( Sosiologi )
Sosiologi merupakan
urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu, karena berhadapan dengan gejala yang
paling kompleks, konkret dan khusus yaitu berkaitan dengan kehidupan umat
manusia di bumi.
3)
Cristian
Wolff
Wolff mengklasifikasikan ilmu dalam
tiga kelompok besar , yakni Ilmu empiris, matematika, dan filsafat, yaitu sebagai
berikut :[6]
a)
Ilmu pengetahuan empiris
1. Kosmologis empiris
2. Psikologis empiris
1. Kosmologis empiris
2. Psikologis empiris
b) Matematika
1. Murni :
aritmatika, geometri, aljabar
2. Campuran : mekanika, dan lain-lain
2. Campuran : mekanika, dan lain-lain
c) Filsafat
1. Spekulatif (metafisika)
a. Umum :
ontologi
b. Khusus : psikologi, kosmologi, theologi
b. Khusus : psikologi, kosmologi, theologi
2. Praktis
a. Intelek :
logika
b. Kehendak : ekonomi, etika, politik.
c. Pekerjaan fisik : tekhnologi
b. Kehendak : ekonomi, etika, politik.
c. Pekerjaan fisik : tekhnologi
4)
The Liang Gie
The Liang Gie membagi ilmu menjadi
tujuh jenis, yaitu seperti yang digambarkan pada tabel berikut:[7]
No.
|
Jenis Ilmu
|
Ragam
Ilmu
|
|
Ilmu Teoritis
|
Ilmu Praktis
|
||
1.
|
Ilmu Matematis
|
Aljabar
Geometri
|
Accounting
Statistik
|
2.
|
Ilmu fisis
|
Kimia
Fisika
|
Ilmu keinsinyuran
Metalurgi
|
3.
|
Ilmu Biologi
|
Biologi molekuler
Biologi sel
|
Ilmu pertanian
Ilmu peternakan
|
4.
|
Ilmu Psikologis
|
Psikologi eksperimental
Psikologi perkembangan
|
Psikologi pendidikan
Psikologi perindustrian
|
5.
|
Ilmu Sosial
|
Antropologi
Ilmu ekonomi
|
Ilmu administrasi
Ilmu marketing
|
6.
|
Ilmu Linguistik
|
Linguistik teoritis
Linguistik perbandingan
|
Linguistik terapan
Seni terjemahan
|
7.
|
Ilmu Interdisipliner
|
Biokimia
Ilmu lingkungan
|
Farmasi
Ilmu perencanaan kota
|
2.
HIRARKI ILMU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
Hierarki
ilmu merupakan urutan atau tingkatan dari ilmu. Secara umum ada tiga basis yang
sangat mendasar dalam menyusun secara hierarkis ilmu-ilmu metodologis,
ontologism dan etis.[8]
Hirarki ilmu disebut juga urutan tata jenjang ilmu atau tingkatan dari ilmu
yang dimulai dari :
a. Jenis Ilmu
b. Rumpun Ilmu
c. Cabang Ilmu
d. Tangkai ilmu
Suatu
disiplin ilmu terbagi dalam sejumlah specialty yang dalam bahasa Indonesia
disebut cabang ilmu. Cabang ilmu ( specialty ) pada umumnya juga telah tumbuh
cukup luas sehingga dapat dibagi lebih terperinci menjadi beberapa ranting
ilmu. Kadang-kadang sesuatu ranting ilmu yang cukup pesat pertumbuhannya bisa
mempunyai perincian lebih lanjut disebut tangkai ilmu. Maka secara hirarkis,
ilmu itu dapat di gambarkan sebagai berikut :
3.
KLASIFIKASI DAN HIRARKI ILMU DALAM ISLAM
Dikalangan
ulama terdapat beberapa pendapat tentang klasifikasi ilmu. Dalam Hadits Nabi
yang di riwayatkan dari Abdullah Bin Amru Bin Ash Bahwa Nabi SAW bersabda :
"Pokok Ilmu itu adalah tiga, sedangkan selebihnya
adalah pelengkap keutamaan. Yaitu : ayat Al-Qur'an yang muhkamah tetap sampai
kiamat, sunnah yang ditegakkan dan pembagian harta warisan yang adil". (HR.Abu Daud)
Ibnu Qayyim
membagi ilmu dalam dua macam, yaitu : [9]
a.
Ilmu yang memberikan kesempurnaan
diri, yaitu :
Ilmu tentang Allah, Asma dan Sifat-Nya, Kitab-kitab,
Perintah dan Larangan-Nya.
b.
Ilmu yang tidak memberikan kesempurnaan
diri, yaitu :
Setiap ilmu yang tidak menimbulkan mudharat (merugikan)
jika seseorang tidak mengetahuinya dan tidak juga memberikan manfaat.
Diantara Ulama ada yang membagi ilmu pada dua
persoalan pokok, yaitu :
a.
Ilmu Terpuji :
·
Ilmu Ushul (Dasar), yaitu :
Kitabullah, Sunnah Rosullullah , Ijma' Ulama dan Perkataan para Sahabat Nabi.
·
Ilmu
Furu' (Cabang) yaitu :
Apa yang dipahami dari dasar-dasar ini, berupa berbagai pengertian yang
memberikan sinyal kepada akal, sehingga akal dapat memahaminya.
·
Ilmu
Pengantar, yaitu :
Ilmu yang berfungsi sebagai alat, seperti ilmu nahwu, sharaf, ilmu balaghah
yang fungsinya untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rosullullah Saw
·
Ilmu
Pelengkap :
Seperti Ilmu qira'ah, makhraj huruf, ilmu rujalul hadits dan semisalnya.
b.
Ilmu tercela :
·
Ilmu yang Memudharatkan (merugikan) dan tidak
bermanfaat, seperti ilmu sihir dan ilmu nujum
·
Ilmu materialisme yang bertentangan dengan ilmu
kenabian, yang kesemuanya ditujukan untuk kesombongan dan pamer kekuatan.
·
Ilmu dunia yang melalaikan Akhirat.
·
Ilmu yang tidak diamalkan dan disembunyikan oleh
pemiliknya.
·
Ilmu yang menimbulkan perselisihan dan kedengkian dan
sejenisnya.
Nabi Saw bersabda :
"Adapun untuk urusan dunia
kalian, maka kalian lebih mengetahui, sedangkan untuk urusan dien(agama) ini,
maka kembalikanlah kepadaku(sunnah-sunnah Nabi/Hadits Nabi)". (Hr.
Ibnu Majjah II/825)
Dari Hadits
diatas, maka ilmu dapat digolongkan dalam dua macam yaitu:
1.
Ilmu Dien (Agama) yang dibagi
menjadi dua bagian:
o Yang
hukumnya fardu 'Ain, seperti:
Ilmu tentang
pemahaman Akidah dan ibadah yang benar seperti rukun iman dan rukun islam.
o Yang
hukumnya fardu Kifayah, seperti:
Ilmu Tafsir,
Ilmu Hadits, Ilmu Farai'dh, Ilmu Bahasa dan semisalnya.
2.
Ilmu Duniawi, yaitu:
Segala macam ilmu yang dengan ilmu tersebut tegaklah
segala mashlahat(kebaikan) dunia dan kehidupan manusia, seperti :
ilmu kedokteran, ilmu hisab, perdagangan, perang dan
lainnya. Secara umum ilmu duniawi ini hukumnya fardu Kifayah.
Klasifikasi dan
hirarki ilmu menurut para filosof Islam, diantaranya adalah :
a.
Menurut Al Ghazali
Secara
filosofis Ghazali membagi ilmu ke dalam dua, yaitu :[10]
1)
Ilmu
syar’iyyah
a)
Ilmu
tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul)
Terdiri
dari :
·
Ilmu
tentang keesaan Tuhan (al-tauhid)
·
Ilmu
tentang kenabian.
·
Ilmu
tentang akhirat atau eskatoogis
·
Ilmu
tentang sumber pengetahuan religious.
Yaitu
Al-Quran dan Al-Sunnah (primer), ijma’ dan tradisi para sahabat (sekunder),
ilmu ini terbagi menjadi dua kategori:
- Ilmu-ilmu pengantar (ilmu alat)
- Ilmu-ilmu pelengkap.
b)
Ilmu
tentang cabang-cabang (furu’)
· Ilmu tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan (ibadah)
·
Ilmu
tentang kewajiban manusia kepada masyarakat:
-
Ilmu
tentang transaksi
-
lmu
tentang kewajiban kontraktual
· Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak)
2)
Ilmu
aqliyyah
Ilmu aqliyyah diantaranya adalah :
a)
Matematika:
aritmatika, geometri, astronomi dan astrologi, music
b)
Logika
c)
Fisika/ilmu
alam: kedokteran, meteorology, mineralogy, kimia
d)
Ilmu
tentang wujud di luar alam, atau metafisika
Al
Ghazali juga membagi Ilmu dilihat dari dua segi, yaitu :[11]
a) Ilmu sebagai proses terdiri dari :
· Ilmu hissiyah
Adalah
ilmu yang diperoleh manusia melalui penginderaan (alat indera),
· Ilmu aqliyah
Adalah
ilmu diperoleh manusia melalui kegiatan berpikir (akal),
· Ilmu ladunni.
Adalah
ilmu yang diperoleh langsung dari Allah tanpa melalui proses penginderaan/
pemikiran (nalar), melainkan melalui hati dalam bentuk ilham
b) Ilmu sebagai obyek.
Ilmu
sebagai obyek dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak, baik
sedikit maupun banyak.
Seperti
sihir, azimat, nujum, dan ilmu tentang ramalan nasib. Ilmu ini tercela karena
tidak memiliki nilai manfaat baik di dunia maupun di akhirat.
2. Ilmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit maupun
banyak.
Seperti
ilmu agama dan ilmu ibadah. Ilmu ini terpuji secara mutlak karena dapat
melepaskan manusia yang mempelajarinya dari perbuatan tercela. Menyucikan diri,
memberitahu manusia tentang kebaikan dan mengerjakannya, memberitahu manusia ke
jalan dan usaha mendekatkan diri kepada Allah dalam mencari ridlo-Nya guna
mempersiapkan dunia untuk kehidupan akhirat yang kekal.
3. Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji,
tetapi jika mendalaminya tercela.
Seperti
ilmu ketuhanan, cabang ilmu filsafat dan sebagian dari filsafat naturalism.
Al Ghazali
berpendapat, bahwa ilmu-ilmu tersebut jika diperdalam akan menimbulkan
kekacauan pikiran dan keraguan, dan akhirnya cenderung manusia kepada kufur dan
ingkar.
b.
Menurut Al-Farabi
Al-
Farabi memberikan klasifikasi tentang ilmu dalam tujuh bagian, yaitu: logika,
percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik dan ilmu fiqh. Ketujuh ilmu
itu telah melingkupi seluruh kebudayaan Islam pada masa itu.[12]
Alasan Al-Farabi menyusun klasifikasi itu adalah :
1)
Klasifikasi
itu dimaksudkan sebagai petunjuk umum ke arah berbagai ilmu.
2)
Klasifikasi
tersebut memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki ilmu.
3)
Berbagai
bagian dan sub bagiannya memberikan sarana yang bermanfaat dalam menentukan
sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara sah.
4)
Klasifikasi
itu menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya
dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim diri ahli dalam suatu ilmu
tertentu.
Dalam Ihsha’al-ulum Al-Farabi mengemukakan klasifikasi dan
perincian ilmu sebagai berikut:
1)
Ilmu
bahasa (ilmu Al-lisan), terdiri dari tujuh sub bagian yaitu :
a)
Lafal
(ungkapan) sederhana (lafadz mufadah).
b)
Lafal
tersusun (alfadz murakhabah).
c)
Kaidah-kaidah
atau asas-asas (qawanin) yang mengatur lafal sederhana.
d)
Kaidah-kaidah
yang mengatur lafal tersusun.
e)
Penulisan
yang benar.
f)
Kaidah-kaidah
yang mengatur pembacaan yang benar (qira’ah).
g)
Kaidah-kaidah
puisi (sya’ir).
2)
Logika
(ilm al-mantiq),
Dibagi
menjadi delapan bagian yaitu :
a)
Kaidah
yang mengatur pengetahuan atau gagasan dan lafal sederhana yangpengetahun ini,
b)
Kaidah
yang mengatur pernyataan atau proposisi sederhana yang tersusun dari dua atau
lebih pengetahuan sederhana dan lafal tersusun yang menyatakan
pengetahuan tersusun,
c)
Kaidah
silogisme yang umum (bersama) bagi lima seni silogistik-demonstrasi, dialektis,
sofistis, retoris, dan puitis
d)
Kaidah
bukti demonstratif dan kaidah khusus yang mengatur seni filosofik,
e)
Alat
Bantu untuk menemukan bukti dialektis, pertanyan dan jawaban, serta kaidah yang
mengatur seni dialektika,
f)
Kaidah
yang mengatur masalah seperti memalingkan manusia dari kebenaran kepada
kesalahan atau kesesatan dan menjeremuskan manusia ke dalam penipuan, sesuai
dengan on sophistic refutation
g)
Seni
retorika, ini berhubungan dengan kaidah yang dapat menguji dan mengevaluasi
pertanyaan retoris.
h)
Seni
puisi,
3)
Ilmu
matematis atau propaedetik (ulum al-ta’alim)
Terdiri dari ilmu-ilmu berikut:
a)
Aritmatika
atau ilmu hitung (ilm al-adad) terdiri dari:
- Ilmu teoritis tentang bilangan.
- Ilmu praktis tentang bilangan.
b)
Geometri
(ilm al-handasah), terdiri dari:
- Geometri teoritis
- Geometri praktis
c)
Optika
(ilm al-manazhir), yang memasukan studi tentang:
- Apa yang diamati dengan pertolongn sinar lurus.
- Apa yang diamati dengan pertolongn sinar lainnya.
4)
Ilmu
perbintangan (ilm al-nujum) yang dibagi menjadi:
a)
Astrologi
yudisial (ilm ahkam al-nujum)
b)
Astronomi
(ilm al-nujum al-ta’limi),
di dalamnya termasuk studi tentang:
-
Bentuk,
masa, dan posisi relatif benda-benda langit.
-
Gerak
benda-benda langit dan konjungsinya.
-
Zona-zona
iklim bumi.
5)
Musik
(ilm al-musiqa), yang terdiri dari:
a)
Musik
praktis (ilm al-musiqa al-amaliyah)
b)
Musik
teorietis (ilm al-musiqa al-nazhariyah)
c)
Ilmu
tentang berat (ilm al-atsqal)
d) Teknik atau ilmu tentang
perbuatan alat (ilm al-hiyal) seperti:
- Perangkat ritmetis
- Perangkat mekanis
- Perangkat untuk membuat alat-alat astronomis, musik dan alat-
alat lainnya yang digunakan
dalam berbagai seni praktis,
termasuk persenjataan.
- Perangkat optis
6)
Fisika
atau ilmu kealaman (al-ilm al-thabi’i),
Dibagi menjadi delapan bagian utama yang berkenaan dengan:
a)
Prinsip-prinsip
benda-benda alami
b)
Prinsip-prinsip
unsur dan benda-benda sederhana.
c)
Penciptaan
dan penghancuran benda-benda alami.
d)
Reaksi-reaksi
yang dialami oleh unsur-unsur saat membentuk benda senyawa
e)
Sifat-sifat
benda senyawa
f)
Mineral
g)
Tumbuhan
h)
Binatang,
termasuk manusia
7)
Metafisika
(al-ilm al-ilahi)
Terdiri dari :
a)
Wujud-wujud
dan sifat-sifat esensialnya sejauh mereka adalah wujud.
b)
Prinsip-prinsip
demonstrasi (mabadi ‘al-barahin) dalam ilmu-ilmu teoritis tertentu.
c)
Wujud-wujud
non-fisik mutlak.
8)
Ilmu
politik (al-ilm al-madani),
a)
Kebahagian
dan kebajikan manusia.
b)
Etika
dan teori politik
9)
Yurisprudensi
(ilm al-fiqh)
a)
Rukun
iman
b)
Ritus-ritus,
praktik-praktik religius, dan perinatah-perintah moral tegas.
10)
Teologi
Dialektis (ilm al-kalam)
a)
Rukun
iman
b)
Aturan-aturan
religius
Klasifikasi Al-Farabi menarik orisinil karena memadukan ilmu Yunani
dan ilmu Islam ke dalam satu kesatuan organik berdasarkan gagasannya tentang
hierarki ilmu, meskipun dalam skema ini kalam dan fiqh dianggap lebih rendah
dari pada ilmu, ilmu filosofis. Saat Al-Farabi menyatakan bahwa klasifikasinya
membantu seseorang “menemukan mana ilmu yang lebih baik, lebih bermanfaat atau
lebih akurat, lebih handal dan lebih efektif”. Maka ilmu yang dimaksudkannya
mungkin hanya salah satu atau lebih dari ilmu-ilmu filosofis. Menurut Al-Farabi,
cara terbaik untuk membandingkan dan mengkontraskan ilmu filosofis dan religius
adalah dengan menguji landasan metodologisnya.[13]
D.
KESIMPULAN
Klasifikasi
merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi sesuatu cabang
ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubungannya dengan
cabang-cabang yang lain.
Hierarki ilmu merupakan urutan atau
tingkatan dari ilmu. Secara umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam
menyusun secara hierarkis ilmu-ilmu metodologis, ontologism dan etis.
Pengklasifikasian
ilmu yang dikemukakan oleh banyak para ahli dengan cara yang berbeda-beda,
diantaranya adalah Thomas Khun, August Comte, Cristian Wolff, The Liang Gie.
Sedangkan
Pengklasifikasian dan Hirarki Ilmu dalam persperktif Islam diantaranya
pendapatnya Al-Ghazali dan Al-Farabi, yang mengupas klasifikasi dan Hirarki
Ilmu dari pandangan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amtsal, filsafat Ilmu, 2006, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Pandia, Wisma, Filsafat Ilmu. Sekolah tinggi Theologi
Injili Philadelphia
Munir Rizal, Filsafat Ilmu, 2001, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Sudirman, Tjun, Peran Paradigma
dalam Revolusi Sains, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, 1995, Jakarta, Bumi Aksara.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia, 2008, Jakarta, Bumi Aksara.
Pandia, Wisma, Filsafat
Ilmu, Sekolah tinggi Theologi Injili
Philadelphia.
Hamid, Abu Al Ghazali, Ihya’ Ulum ad din, Al Qahirat, Matba’at
al Masyhud al Husaini, t.t .
Amin,
Oemar Hoesin, Filsafat Islam, 1964,
Jakarta, Bulan Bintang.
Oesman
Bakar, Hierarki Ilmu,
http://geograph88.blogspot.co.id/2015/08/klasifikasi-ilmu-pengetahuan-august.html, di akses pada tanggal 16 Maret 2017
http://www.ghuroba.org/2015/08/klasifikasi-ilmu-dalam-islam.html, di akses pada tanggal 18 Maret 2017
[2] Wisma
Pandia. Filsafat Ilmu. Sekolah tinggi Theologi Injili Philadelphia hal.
43.
pada tanggal 16
Maret 2017
Maret 2017
[10] Amsal Bakhtiar, Filsafat
Ilmu, 2005, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, hal 123.
hal. 14.
[12] Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, 1964, Jakarta, Bulan
Bintang, hal: 94
[13] Oesman Bakar, Hierarki
Ilmu, hal:149
Tidak ada komentar:
Posting Komentar