Jumat, 01 Desember 2017

KLASIFIKASI DAN HIRARKHI ILMU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

A.    PENDAHULUAN
Manusia pada hakikatnya memiliki rasa ingin tahu baik yang tampak kongret dan nyata maupun yang tidak tampak, semua itu akan menjadi sebuah pengetahuan. Pengalaman itu harus melalui proses ilmiah lebih lanjut yang di metodologis.
Pengetahuan yang di sempurnakan maka di sebutlah dengan ilmu, ilmu memiliki dua macam objek material dan objek formal[1],  Ilmu juga  sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru .
Pengetahuan yang telah disempurnakan atau yang dikenal dengan sebutan ilmu itu bermacam-macam. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas klasifikasi dan hirarki ilmu menurut para ilmuwan mengingat pentingnya mengetahui dan mempelajari ilmu tersebut.

B.     PERMASALAHAN
1.      Bagaimana Klasifikasi Ilmu dalam berbagai Perspektif ?
2.      Bagaimana Hirarki Ilmu itu dalam berbagai Perspektif ?
3.      Bagaimana Klasifikasi dan Hirarki Ilmu dalam Islam ?

C.    PEMBAHASAN MASALAH
1.      KLASIFIKASI ILMU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
a.      Pengertian Klasifikasi Ilmu
Klasifikasi merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi sesuatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubungannya dengan cabang-cabang yang lain. Pemunculan suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz[2] menyebut ada tiga syarat dalam pembentukan suatu disiplin khusus yang baru dalam bidang ilmu manapun yaitu :
1)   Eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian beberapa penyelidik.
2)   Pengumpulan sejumlah cukup data yang akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi  yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukkan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang diselidiki.
3)   Pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin batu itu.
Dengan berkembangnya demikian banyak cabang ilmu khusus, timbullah masalah pokok tentang penggolongan ilmu-ilmu itu.
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan telah mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman[3]. Sehingga melahirkan banyak pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu itu sendiri.
b.      Klasifikasi Ilmu menurut para ahli
Banyak pengklasifikasian ilmu yang dikemukakan oleh para ahli dengan cara yang berbeda-beda pula diantaranya adalah :
1)      Menurut Thomas Kuhn
Thomas mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut :
a)      Sains yang Normal ( Normal Sceince )
Adalah riset dengan teguh berdasarkan atas satu atau lebih dalam pencapai ilmiah yang lalu, pencapaian oleh masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai pemberi fundasi bagi praktik selanjutnya.[4]  Ilmu yang sudah matang dikuasai oleh suatu paradigma tunggal. Paradigma menetapkan standard-standar pekerjaan yang sah di dalam lingkungan yang dikuasai ilmu itu. Menurut Kuhn, eksistensi suatu paradigma yang mampu mendukung tradisi ilmu biasa merupakan ciri yang membedakan ilmu dengan non ilmu.
b)      Anomali
Terjadinya anomali karena mengingat penemuan baru kemudian penciptaan teori baru. Perbedaan antara penemuan (discovery) dan penciptaan ( antara fakta dan teori), bagaimanapun akan segera terbukti secara signifikan.  Penemuan bukanlah peristiwa yang baru,  melainkan kejadian yang diperluas dengan struktur yang  yang berulang secara teratur. Dengan adanya anomali dalam sains yaitu penumpakan masalah tak terpecahkan  maka terjadi sebuah penemuan baru yang merupakan rangkaian sebuah peristiwa atau yang di sebut periode dalam peristiwa. Tidak sesuai dengan sains normal sehingga menimbulkan sebuah penemuan, hal tersebut akan berakhir bila paradigma telah disesuaikan, namun sebelum hal itu disesuaikan maka akan terjadi sebuah krisis .
c)      Krisis
Merupakan prakondisi yang perlu dan penting bagi munculnya teori-teori baru. Khun mengemukakan bila ilmuwan di hadapkan pada sebuah krisis, yang pertama  memperhatikan apa yang tidak pernah dilakukan oleh para ilmuan yang dihadapkan kepada anomali yang berkepanjangan dan parah  sekalipun.  Meskipun mereka mungkin mulai kehilangan kepercayaan dan kemudian mempertimbangkan  allternatif-alternatif lain. Pada  masa krisis menumpukan anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuan mulai keluar dari jalur ilmu normal. Namun jika ditemukan sebuah pemecahan yang lebih memuaskan oleh para ilmuan, yang dapat menyelesaikan keadaan krisisnya dengan menyusun suatu paradigma baru, maka terjadilahlah “revolusi sains”
d)     Revolusi sains
Revolusi sains dianggap sebagai episode  perkembangan non  kumulatif yang didalamnya paradigma lama diganti seluruhnya atau sebagian oleh paradigma yang baru dan bertentangan. Hal mendasar pada paradigma baru di sebut dengan revolusi sains, dalam menghadapi perbedaan yang luas dan esensial di antara perkembangan politik dengan perkembangan sains, satu aspek dan kesejajarannya harus sudah nyata . Revolusi sains terwujud karena ketidak berdayaan dan ketidak mampuan ilmuwan dalam menggunakan paradigma sehingga terbentuk sebuah kesadaran mewujudkan paradigma baru.
Kuhn juga menyatakan revolusi sebagai perubahan pada pandangan dunia, dengan adanya perubahan paradigma ilmuwan sehingga membuat pandangan dunia berubah, bukan pada geografis namun perubahan pada kegiatan riset seorang ilmuwan.
2)      Menurut August Comte
Comte mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut :[5]
a)      Ilmu Pasti ( Matematika )
Merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan karena sifatnya yang tetap, abstrak dan pasti .
b)      Ilmu Perbintangan ( Astronomi )
Ilmu yang menerangkan bagaimana bentuk, ukuran, kedudukan serta gerak benda langit seperti bintang, bumi, bulan, matahari dan planet lain.

c)      Ilmu Alam ( Fisika )
Ilmu alam merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu perbintangan, pemahaman gejala-gejala fisika dan hukum fisika maka akan dapat diramalkan dengan tepat semua gejala yang ditunjukkan oleh suatu benda yang berada pada suatu tatanan atau keadaan tertentu.
d)     Ilmu Kimia ( Chemistry )
Gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks daripada ilmu alam. Pendekatan yang digunakan dalam kimia ini tidak hanya melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen) melainkan juga dengan perbandingan (komparasi).
e)      Ilmu Hayat ( Biologi )
Biologi merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan dengan gejala kehidupan. Gejala dalam biologi mengalami perubahan yang cepat dan perkembangannya belum sampai pada tahap positif .
f)       Fisika Sosial ( Sosiologi )
Sosiologi merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu, karena berhadapan dengan gejala yang paling kompleks, konkret dan khusus yaitu berkaitan dengan kehidupan umat manusia di bumi.
3)      Cristian Wolff
Wolff mengklasifikasikan ilmu dalam tiga kelompok besar , yakni Ilmu empiris, matematika, dan filsafat, yaitu sebagai berikut :[6]
a)      Ilmu pengetahuan empiris
1. Kosmologis empiris
2. Psikologis empiris
b)      Matematika
1. Murni                            : aritmatika, geometri, aljabar
2. Campuran                      : mekanika, dan lain-lain
c)   Filsafat
1. Spekulatif (metafisika)
a. Umum                      : ontologi
b. Khusus                     : psikologi, kosmologi, theologi
2. Praktis
a. Intelek                      : logika
b. Kehendak                : ekonomi, etika, politik.
c. Pekerjaan fisik         : tekhnologi
4)      The Liang Gie
The Liang Gie membagi ilmu menjadi tujuh jenis, yaitu seperti yang digambarkan pada tabel berikut:[7]
No.
Jenis Ilmu
Ragam Ilmu
Ilmu Teoritis
Ilmu Praktis
1.
Ilmu Matematis
Aljabar
Geometri
Accounting
Statistik
2.
Ilmu  fisis
Kimia
Fisika
Ilmu keinsinyuran
Metalurgi
3.
Ilmu Biologi
Biologi molekuler
Biologi sel
Ilmu pertanian
Ilmu peternakan
4.
Ilmu Psikologis
Psikologi eksperimental
Psikologi perkembangan
Psikologi pendidikan
Psikologi perindustrian
5.
Ilmu Sosial
Antropologi
Ilmu ekonomi
Ilmu administrasi
Ilmu marketing
6.
Ilmu Linguistik
Linguistik teoritis
Linguistik perbandingan
Linguistik terapan
Seni terjemahan
7.
Ilmu Interdisipliner
Biokimia
Ilmu lingkungan
Farmasi
Ilmu perencanaan kota

   
2.      HIRARKI ILMU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
Hierarki ilmu merupakan urutan atau tingkatan dari ilmu. Secara umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hierarkis ilmu-ilmu metodologis, ontologism dan etis.[8] Hirarki ilmu disebut juga urutan tata jenjang ilmu atau tingkatan dari ilmu yang dimulai dari :
a.       Jenis Ilmu
b.      Rumpun Ilmu
c.       Cabang Ilmu
d.      Tangkai ilmu
Suatu disiplin ilmu terbagi dalam sejumlah specialty yang dalam bahasa Indonesia disebut cabang ilmu. Cabang ilmu ( specialty ) pada umumnya juga telah tumbuh cukup luas sehingga dapat dibagi lebih terperinci menjadi beberapa ranting ilmu. Kadang-kadang sesuatu ranting ilmu yang cukup pesat pertumbuhannya bisa mempunyai perincian lebih lanjut disebut tangkai ilmu. Maka secara hirarkis, ilmu itu dapat di gambarkan sebagai berikut :
JENIS ILMU             RUMPUN ILMU                   CABANG ILMU
 



                                    TANGKAI ILMU                  RANTING ILMU

3.      KLASIFIKASI DAN HIRARKI ILMU DALAM ISLAM
Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang klasifikasi ilmu. Dalam Hadits Nabi yang di riwayatkan dari Abdullah Bin Amru Bin Ash Bahwa Nabi  SAW bersabda :
"Pokok  Ilmu itu adalah tiga, sedangkan selebihnya adalah pelengkap keutamaan. Yaitu : ayat Al-Qur'an yang muhkamah tetap sampai kiamat, sunnah yang ditegakkan dan pembagian harta warisan yang adil". (HR.Abu Daud)
Ibnu Qayyim membagi ilmu dalam dua macam, yaitu : [9]

a.       Ilmu yang memberikan kesempurnaan diri, yaitu :
Ilmu tentang Allah, Asma dan Sifat-Nya, Kitab-kitab, Perintah dan Larangan-Nya.
b.      Ilmu yang tidak memberikan kesempurnaan diri, yaitu :
Setiap ilmu yang tidak menimbulkan mudharat (merugikan) jika seseorang tidak mengetahuinya dan tidak juga memberikan manfaat.
Diantara Ulama ada yang membagi ilmu pada dua persoalan pokok, yaitu :
a.       Ilmu Terpuji :
·      Ilmu Ushul (Dasar), yaitu :
Kitabullah, Sunnah Rosullullah , Ijma' Ulama dan Perkataan para Sahabat Nabi.
·      Ilmu Furu' (Cabang) yaitu :
Apa yang dipahami dari dasar-dasar ini, berupa berbagai pengertian yang memberikan sinyal kepada akal, sehingga akal dapat memahaminya.
·      Ilmu Pengantar, yaitu :
Ilmu yang berfungsi sebagai alat, seperti ilmu nahwu, sharaf, ilmu balaghah yang fungsinya untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rosullullah  Saw
·      Ilmu Pelengkap :
Seperti Ilmu qira'ah, makhraj huruf, ilmu rujalul hadits dan semisalnya.
b.      Ilmu tercela :
·      Ilmu yang Memudharatkan (merugikan) dan tidak bermanfaat, seperti ilmu sihir dan ilmu nujum
·      Ilmu materialisme yang bertentangan dengan ilmu kenabian, yang kesemuanya ditujukan untuk kesombongan dan pamer kekuatan.
·      Ilmu dunia yang melalaikan Akhirat.
·      Ilmu yang tidak diamalkan dan disembunyikan oleh pemiliknya.
·      Ilmu yang menimbulkan perselisihan dan kedengkian dan sejenisnya.
Nabi Saw bersabda :
"Adapun untuk urusan dunia kalian, maka kalian lebih mengetahui, sedangkan untuk urusan dien(agama) ini, maka kembalikanlah kepadaku(sunnah-sunnah Nabi/Hadits Nabi)". (Hr. Ibnu Majjah II/825)

Dari Hadits diatas, maka ilmu dapat digolongkan dalam dua macam yaitu:
1.      Ilmu Dien (Agama) yang dibagi menjadi dua bagian:
o  Yang hukumnya fardu 'Ain, seperti:
Ilmu tentang pemahaman  Akidah dan ibadah yang benar seperti   rukun iman dan rukun islam.
o  Yang hukumnya fardu Kifayah, seperti:
Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Farai'dh, Ilmu Bahasa dan semisalnya.
2.      Ilmu Duniawi, yaitu:
Segala macam ilmu yang dengan ilmu tersebut tegaklah segala mashlahat(kebaikan) dunia dan kehidupan manusia, seperti :
ilmu kedokteran, ilmu hisab, perdagangan, perang dan lainnya. Secara umum ilmu duniawi ini hukumnya fardu Kifayah.
Klasifikasi dan hirarki ilmu menurut para filosof Islam, diantaranya adalah :
a.       Menurut Al Ghazali
Secara filosofis Ghazali membagi ilmu ke dalam dua, yaitu :[10]
1)      Ilmu syar’iyyah
a)      Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul)
Terdiri dari :
·         Ilmu tentang keesaan Tuhan (al-tauhid)
·         Ilmu tentang kenabian.
·         Ilmu tentang akhirat atau eskatoogis
·         Ilmu tentang sumber pengetahuan religious.
Yaitu Al-Quran dan Al-Sunnah (primer), ijma’ dan tradisi para sahabat (sekunder), ilmu ini terbagi menjadi dua kategori:
-   Ilmu-ilmu pengantar (ilmu alat)
-   Ilmu-ilmu pelengkap.
b)      Ilmu tentang cabang-cabang (furu’)
·      Ilmu tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan (ibadah)
·      Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat:
-          Ilmu tentang transaksi
-          lmu tentang kewajiban kontraktual
·      Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak)
2)      Ilmu aqliyyah
Ilmu  aqliyyah diantaranya adalah :
a)      Matematika: aritmatika, geometri, astronomi dan astrologi, music
b)      Logika
c)      Fisika/ilmu alam: kedokteran, meteorology, mineralogy, kimia
d)     Ilmu tentang wujud di luar alam, atau metafisika
Al Ghazali juga membagi Ilmu dilihat dari dua segi, yaitu :[11]
a)      Ilmu sebagai proses terdiri dari :
·      Ilmu hissiyah
Adalah ilmu yang diperoleh manusia melalui penginderaan (alat indera),
·      Ilmu aqliyah
Adalah ilmu diperoleh manusia melalui kegiatan berpikir (akal),
·      Ilmu ladunni.
Adalah ilmu yang diperoleh langsung dari Allah tanpa melalui proses penginderaan/ pemikiran (nalar), melainkan melalui hati dalam bentuk ilham
b)      Ilmu sebagai obyek.
Ilmu sebagai obyek dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.      Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak, baik sedikit maupun banyak.
Seperti sihir, azimat, nujum, dan ilmu tentang ramalan nasib. Ilmu ini tercela karena tidak memiliki nilai manfaat baik di dunia maupun di akhirat.
2.      Ilmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit maupun banyak.
Seperti ilmu agama dan ilmu ibadah. Ilmu ini terpuji secara mutlak karena dapat melepaskan manusia yang mempelajarinya dari perbuatan tercela. Menyucikan diri, memberitahu manusia tentang kebaikan dan mengerjakannya, memberitahu manusia ke jalan dan usaha mendekatkan diri kepada Allah dalam mencari ridlo-Nya guna mempersiapkan dunia untuk kehidupan akhirat yang kekal.
3.      Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji, tetapi jika mendalaminya tercela.
Seperti ilmu ketuhanan, cabang ilmu filsafat dan sebagian dari filsafat naturalism.
Al Ghazali berpendapat, bahwa ilmu-ilmu tersebut jika diperdalam akan menimbulkan kekacauan pikiran dan keraguan, dan akhirnya cenderung manusia kepada kufur dan ingkar.

b.      Menurut Al-Farabi
Al- Farabi memberikan klasifikasi tentang ilmu dalam tujuh bagian, yaitu: logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik dan ilmu fiqh. Ketujuh ilmu itu telah melingkupi seluruh kebudayaan Islam pada masa itu.[12] Alasan Al-Farabi menyusun klasifikasi itu adalah :
1)      Klasifikasi itu dimaksudkan sebagai petunjuk umum ke arah berbagai ilmu.
2)      Klasifikasi tersebut memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki ilmu.
3)      Berbagai bagian dan sub bagiannya memberikan sarana yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara sah.
4)      Klasifikasi itu menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim diri ahli dalam suatu ilmu tertentu.
Dalam Ihsha’al-ulum Al-Farabi mengemukakan klasifikasi dan perincian ilmu sebagai berikut:
1)   Ilmu bahasa (ilmu Al-lisan), terdiri dari tujuh sub bagian yaitu :
a)      Lafal (ungkapan) sederhana (lafadz mufadah).
b)      Lafal tersusun (alfadz murakhabah).
c)      Kaidah-kaidah atau asas-asas (qawanin) yang mengatur lafal sederhana.
d)     Kaidah-kaidah yang mengatur lafal tersusun.
e)      Penulisan yang benar.
f)       Kaidah-kaidah yang mengatur pembacaan yang benar (qira’ah).
g)      Kaidah-kaidah puisi (sya’ir).
2)      Logika (ilm al-mantiq),
Dibagi menjadi delapan bagian yaitu :
a)      Kaidah yang mengatur pengetahuan atau gagasan dan lafal sederhana yangpengetahun ini,
b)      Kaidah yang mengatur pernyataan atau proposisi sederhana yang tersusun dari dua atau lebih pengetahuan sederhana dan lafal tersusun yang  menyatakan pengetahuan tersusun,
c)      Kaidah silogisme yang umum (bersama) bagi lima seni silogistik-demonstrasi, dialektis, sofistis, retoris, dan puitis
d)     Kaidah bukti demonstratif dan kaidah khusus yang mengatur seni filosofik,
e)      Alat Bantu untuk menemukan bukti dialektis, pertanyan dan jawaban, serta kaidah yang mengatur seni dialektika,
f)       Kaidah yang mengatur masalah seperti memalingkan manusia dari kebenaran kepada kesalahan atau kesesatan dan menjeremuskan manusia ke dalam penipuan, sesuai dengan on sophistic refutation
g)      Seni retorika, ini berhubungan dengan kaidah yang dapat menguji dan mengevaluasi pertanyaan retoris.
h)      Seni puisi,
3)      Ilmu matematis atau propaedetik (ulum al-ta’alim)
Terdiri dari ilmu-ilmu berikut:
a)      Aritmatika atau ilmu hitung (ilm al-adad) terdiri dari:
-       Ilmu teoritis tentang bilangan.
-       Ilmu praktis tentang bilangan.
b)      Geometri (ilm al-handasah), terdiri dari:
-       Geometri teoritis
-       Geometri praktis
c)      Optika (ilm al-manazhir), yang memasukan studi tentang:
-       Apa yang diamati dengan pertolongn sinar lurus.
-       Apa yang diamati dengan pertolongn sinar lainnya.
4)      Ilmu perbintangan (ilm al-nujum) yang dibagi menjadi:
a)      Astrologi yudisial (ilm ahkam al-nujum)
b)      Astronomi (ilm al-nujum al-ta’limi),
di dalamnya termasuk studi tentang:
-          Bentuk, masa, dan posisi relatif benda-benda langit.
-          Gerak benda-benda langit dan konjungsinya.
-          Zona-zona iklim bumi.
5)      Musik (ilm al-musiqa), yang terdiri dari:
a)      Musik praktis (ilm al-musiqa al-amaliyah)
b)      Musik teorietis (ilm al-musiqa al-nazhariyah)
c)      Ilmu tentang berat (ilm al-atsqal)
d)  Teknik atau ilmu tentang perbuatan alat (ilm al-hiyal) seperti:
- Perangkat ritmetis
- Perangkat mekanis
- Perangkat untuk membuat alat-alat astronomis, musik dan alat-
  alat lainnya yang digunakan dalam berbagai seni praktis,
  termasuk persenjataan.
- Perangkat optis
6)      Fisika atau ilmu kealaman (al-ilm al-thabi’i),
Dibagi menjadi delapan bagian utama yang berkenaan dengan:
a)      Prinsip-prinsip benda-benda alami
b)      Prinsip-prinsip unsur dan benda-benda sederhana.
c)      Penciptaan dan penghancuran benda-benda alami.
d)     Reaksi-reaksi yang dialami oleh unsur-unsur saat membentuk benda senyawa
e)      Sifat-sifat benda senyawa
f)       Mineral
g)      Tumbuhan
h)      Binatang, termasuk manusia
7)      Metafisika (al-ilm al-ilahi)
Terdiri dari :
a)      Wujud-wujud dan sifat-sifat esensialnya sejauh mereka adalah wujud.
b)      Prinsip-prinsip demonstrasi (mabadi ‘al-barahin) dalam ilmu-ilmu teoritis tertentu.
c)      Wujud-wujud non-fisik mutlak.
8)      Ilmu politik (al-ilm al-madani),
a)      Kebahagian dan kebajikan manusia.
b)      Etika dan teori politik
9)      Yurisprudensi (ilm al-fiqh) 
a)      Rukun iman
b)      Ritus-ritus, praktik-praktik religius, dan perinatah-perintah moral tegas.
10)  Teologi Dialektis (ilm al-kalam)
a)      Rukun iman
b)      Aturan-aturan religius
Klasifikasi Al-Farabi menarik orisinil karena memadukan ilmu Yunani dan ilmu Islam ke dalam satu kesatuan organik berdasarkan gagasannya tentang hierarki ilmu, meskipun dalam skema ini kalam dan fiqh dianggap lebih rendah dari pada ilmu, ilmu filosofis. Saat Al-Farabi menyatakan bahwa klasifikasinya membantu seseorang “menemukan mana ilmu yang lebih baik, lebih bermanfaat atau lebih akurat, lebih handal dan lebih efektif”. Maka ilmu yang dimaksudkannya mungkin hanya salah satu atau lebih dari ilmu-ilmu filosofis. Menurut Al-Farabi, cara terbaik untuk membandingkan dan mengkontraskan ilmu filosofis dan religius adalah dengan menguji landasan metodologisnya.[13]
  
D.    KESIMPULAN
Klasifikasi merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi sesuatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubungannya dengan cabang-cabang yang lain.
Hierarki ilmu merupakan urutan atau tingkatan dari ilmu. Secara umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hierarkis ilmu-ilmu metodologis, ontologism dan etis.
Pengklasifikasian ilmu yang dikemukakan oleh banyak para ahli dengan cara yang berbeda-beda, diantaranya adalah Thomas Khun, August Comte, Cristian Wolff, The Liang Gie.
Sedangkan Pengklasifikasian dan Hirarki Ilmu dalam persperktif Islam diantaranya pendapatnya Al-Ghazali dan Al-Farabi, yang mengupas klasifikasi dan Hirarki Ilmu dari pandangan Islam.


  
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amtsal,  filsafat Ilmu, 2006, Jakarta,  PT Raja Grafindo Persada
Pandia, Wisma,  Filsafat Ilmu. Sekolah tinggi Theologi Injili Philadelphia
Munir Rizal, Filsafat Ilmu,  2001, Yogyakarta,  Pustaka Pelajar
Sudirman, Tjun,  Peran Paradigma dalam  Revolusi Sains, Bandung, Remaja
               Rosdakarya.
Salam,  Burhanuddin,  Pengantar Filsafat, 1995,  Jakarta, Bumi Aksara.
Surajiyo,  Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, 2008, Jakarta, Bumi Aksara.
Pandia, Wisma,  Filsafat Ilmu,  Sekolah tinggi Theologi Injili Philadelphia.
Hamid, Abu Al Ghazali, Ihya’ Ulum ad din, Al Qahirat, Matba’at al Masyhud al Husaini, t.t .
Amin, Oemar Hoesin,  Filsafat Islam, 1964, Jakarta, Bulan Bintang.
Oesman Bakar, Hierarki Ilmu,



[1]      Amtsal Bakhtiar,  filsafat Ilmu, 2006, Jakarta,  PT Raja Grafindo Persada, hal. 1.
[2]       Wisma Pandia. Filsafat Ilmu. Sekolah tinggi Theologi Injili Philadelphia hal. 43.
[3]      Rizal Munir, Filsafat Ilmu,  2001, Yogyakarta,  Pustaka Pelajar, hal. 143
[4]      Tjun Sudirman,  Peran Paradigma dalam  Revolusi Sains, Bandung,Remaja
       Rosdakarya, hal 10.

         pada tanggal 16 Maret 2017

[6]      Burhanuddin Salam,  Pengantar Filsafat,1995, Jakarta, Bumi Aksara, hal 20-23
[7]      Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, 2008, Jakarta: Bumi Aksara, hal
        69.

[8]      Wisma Pandia. Filsafat Ilmu. Sekolah tinggi Theologi Injili Philadelphia hal 46
        Maret 2017
[10]       Amsal Bakhtiar,  Filsafat Ilmu, 2005, Jakarta,  PT. Raja Grafindo Persada, hal 123.
[11]       Abu Hamid Al Ghazali, Ihya’ Ulum ad din, Al Qahirat, Matba’at al Masyhud al Husaini, t.t.,
          hal. 14.
[12]     Oemar Amin Hoesin,  Filsafat Islam, 1964, Jakarta, Bulan Bintang, hal: 94
[13]       Oesman Bakar, Hierarki Ilmu, hal:149

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN HASIL RISET TENTANG MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DI MIS KURIPAN KIDUL

A.     PENDAHULUAN Sejak  bayi  anak  berkembang  secara  fisik,  mental,  sosial,  dan  emosional.  Kemampuan  anak berjalan,  berbicara...