A.
PENDAHULUAN
Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa
Indonesia adalah terletak pada aspek moral. Terbukti dengan banyaknya berita
tentang tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang sering kita lihat di
televisi tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar, beberapa
pelajar berada di "teralis besi" karena menganiaya gurunya sendiri,
anak yang tidak lagi memiliki sopan santun pada orang tua. Dan yang sangat
parah lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri.[1]
Pendidikan di Indonesia saat ini banyak sekali yang
membahas mengenai pendidikan karakter, salah satunya pada acara seminar, baik
seminar lokal maupun Nasional. Jika kita browsing di internet mengenai
pendidikan karakter, maka pasti banyak sekali blog yang membahas tema
pendidikan karakter. Sebagian besar tulisan, menaruh harapan besar mengenai
pentingnya arti pendidikan karakter. Ada juga yang menawarkan cara melaksanakan
pendidikan karakter baik di lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Semua itu
patut diapresiasi sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap urgensi
pendidikan karakter pada saat ini.[2]
Karakter atau akhlak mulia itu harus
dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui pendidikan, baik
pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah, maupun di masyarakat. Untuk
membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan karakter dan
pendidikan agama. Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai
pendidikan berkarakter dalam dalam perspektif as-sunnah.
B.
PERMASALAHAN
Dari pendahuluan yang diketengahkan diatas maka yang menjadi
permasalahan dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana
kwalitas hadist tentang pembentukan karakter mulia?
2.
Bagaimana
metode dalam menanamkan karakter mulia?
3.
Bagaimana
pengembangan kegiatan yang bermuara pada pendidikan berkarakter?
C.
PEMBAHASAN MASALAH
1.
Al-Qur’an dan Hadits tentang Pembentukan karakter mulia
a.
Istilah Karakter mulia
Istilah
karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain
berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau
akhlak (Oxford). Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat
manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari
faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The
stamp of individually or group impressed by nature, education or habit.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat
juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa
identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter
adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak
berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki
standar norma dan perilaku yang baik.[3]
Karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau
akhalak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri
seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan
keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik
dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya
baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja
salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya,
karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.[4]
Pembentukan
karakter mulia atau akhlak yang baik itu harus dilakukan secara sadar, tersusun
dan diintegrasikan pada serangkaian kegiatan yang dilakukan baik di keluarga,
sekolah maupun masyarakat yang dibakukan dan diarahkan oleh pemerintah.
Kegiatan yang dimaksudkan itu adalah dalam bentuk pendidikan. Pendidikan untuk
membentuk karakter mulia dimulai dari lingkungan yang paling kecil dan sederhana yaitu
keluarga dikembangkan disekolah dan dikuatkan oleh masyarakat lingkungannya.
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. (UU SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1).
Dalam
kacamata Islam, secara historis pendidikan karakter merupakan misi utama pada Nabi
Muhammad Rasulullah dari awal tugasnya memiliki suatu pernyataan yang unik,
bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan karakter (akhlak). Manifesto Muhammad
Rasulullah ini mengindikasikan bahwa pembentukan karakter merupakan kebutuhan
utama bagi tumbuhnya cara beragama yang dapat menciptakan peradaban. Pada sisi
lain, juga menunjukkan bahwa masing-masing manusia telah
memiliki karakter tertentu, namun belum disempurnakan.
Dari konsep karakter
dan pendidikan maka muncul yang namanya pendidikan karakter (character
education). Terminology pendidikan karakter mulai dikenalkan
sejak tahun 1990-an. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama
ketika bukunya yang berjudul The Return of Character Education kemudian
disusul bukunya Educating for Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility (1991). Melalui buku-buku itu, ia
menyadarkan dunia Barat akan pentingya pendidikan karakter. Sedangkan di Indonesia
sendiri, istilah pendidikan karakter mulai diperkenalkan sekitar tahun 2005-an.
Hal itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembanguna Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana pendidikan karakter ditempatkan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab
berdasarkan falsafah pancasila”(AmirullohSyarbini,2012:16).[5]
Nilai-nilai dalam
karakter sebagaimana dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang
dikutip oleh Muhammad Kosim (tth.89-90), yaitu ada 18 nilai sebagai beriktu:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.[6]
b. Karakter Mulia dalam Perspektif Islam
Dalam
terminologi Agama Islam nilai – nilai yang terkandung dalam Karekter mulia
/Akhlak yang baik (al-akhlaq al-mahmudah) begitu banyak, semuanya berkaitan dengan akhlak, berikut ini
sebagian contoh ahlak yang baik beserta landasan Al Quran dan haditsnya adalah
:
1)
Iman
dan Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
Allah SWT berfirman :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ وَلاَ خَمْسَةٍ إِلاَّ هُوَ سَادِسُهُمْ وَلاَ أَدْنَى مِن ذَلِكَ وَلاَ أَكْثَرَ إِلاَّهُوَ مَعَهُمْ أَيْنَمَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya :
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga
orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima
orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara
(jumlah) yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia
akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka
kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Mujadilah :
7)
Firman Allah SWT
yang lain :
قال اللّه تعالى : يآايّهاالّذين آمنوااتّقوااللّه حقّ تقاته٠
Artinya :
"Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya."( Q.S.Ali Imron : 102)
Hadits
عن أبى هريرةرضى اللّه عنه قال : قيل يارسلّى اللّه : من
أكرم النّاس ؟ قال : أتقاهم، فقالوا : ليس عن هذانسألك، قال : فيوسف نبىّ اللّه
ابن نبىّ اللّّه ابن خليل اللّه، قالوا: ليس عن هذانسألك، قال : فعن معادن العرب
تسألونى ؟ حيارهم فى الجاهليّةخيارهم فى الإسلام إذافقهوا (متفق عليه)٠
Dari Abu Hurairah ra.,
ia berkata : "Ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah : "Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling utama ?" Rasulullah saw. menjawab :
"Orang yang paling bertakwa." Para sahabat berkata : "Bukan itu
yang kami tanyakan." Rasulullah saw. bersabda : "Kalau begitu, Yusuf
adalah Nabi Allah yang mempunyai silsilah bagus, yakni : Yusuf bin Ya'qub bin
Ishaq bin Ibrahim." Para sahabat berkata : "Bukan hal itu yang kami
tanyakan." Rasulullah saw. balik bertanya : "Apakah yang kalian
tanyakan itu berkenaan dengan keturunan Arab yang baik ? Kalau begitu demikian,
maka orang yang paling mulia adalah orang Arab yang baik budi pekertinya di
zaman Jahiliyah dan baik pula budi pekertinya ketika Islam, dan mereka memahami
agama Islam."
(HR. Bukhari dan
Muslim)
2)
Berbuat
kebaikan (ihsan)
Allah
Berfirman :
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya
:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. ( Q.S. Al Baqarah 195 )
Dalam hadist terdapat keterangan :
Rasulullah saw.
menerangkan mengenai ihsan ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril
tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan
:
أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
“Engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR.
Muslim)
3)
Kebajikan (al-birr),
Allah
berfirman :
وَلْتكُنِ مِنْكُمْ اُمَّةُ يَدْعُوْنَ اِلَى الخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ
بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِهُوْنَ.
Artinya :
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung (Ali Imran :104)
Adapun keterangan hadist adalah :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًي كَانَ لَهُ مِنَ
الأَجْرِ مِثلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ
شَيْئا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلَالَةَ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثلُ آثَامِ
مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئا (روه مسلم(
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh
pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan
siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa
orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim)
4)
Menepati janji
(alwafa),
Menepati
janji adalah perbuatan yang melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang telah
dikatakan, Allah berfirman :
وَلا تَقْرَبُوا مَالَ
الْيَتِيمِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا
بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولا
Artinya :
Dan
janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya.( Q.S. Al
Isra’17: 34)
Dalam sebuah riwayat dijelaskan :
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu
berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam bersabda,
مَنْ
أَخْفَرَ مُسْلِمًا ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلا عَدْلٌ ( رواه البخاري، رقم 1870 و مسلم،
رقم 1370)
Artinya :
"Barangsiapa yang tidak menepati janji
seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia.
Tidak diterima darinya taubat dan tebusan." (HR.
Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)
Rasulullah bersabda:
اضمنوا لي ستا أضمن لكم الجنة اصدقوا اذاحدثتم وأوفو اذا وعدتم
وادوا اذاؤتمنتم وحفظوا فروجكم وغضوا ابصاركم وكفوا ايديكم. (رواه أحمد
Artinya:
”Berjanjilah kepadaku bahwa kamu akan mengerjakan
enam perkara ini niscaya kamu masuk surga. Berkata benar, tepatilah apabila
berjanji, kerjakanlah apabila diamanati orang, jagalah kehormatan, tundukkanlah
pandanganmu dan jangan suka memukul orang”. (Hentikan lancang tanganmu).(HR. Ahmad, 101 hadits.hal:24-25)
5)
Sabar
( tasammuh )
Adalah sabar menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain,
pendapat-pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan
keyakinan dan batil menurut pandangan, dan tidak boleh menyerang dan mencela
dengan celaan yang membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya. Allah
berfirman dalam Al-Qur'an :
وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا
اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ
ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya
:
"Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo'a kepada
selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan
tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu
Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan". (QS.Al-An'am:108)
Dalam sebuah riwayat dijelaskan :
وعن ابى يحي صهيب بن سنان رضى اللّه عنه
قال : قال رسول اللّه عجبالامرالمؤمن انّ أمره كلّه له خيروليس ذلك لأحدالاّللمؤمن
إن اصابته سرّءشكرفكان خيراله، وإن اصابته ضرّاءصبرفكان خيراله (رواه مسلم)٠
Artinya :
Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra., ia berkata : "Rasulullah
Saw. Bersabda : "Sangat menakjubkan bagi orang mukmin, apalagi segala
urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak akan terjadi bagi seseorang yang
beriman, kecuali apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang
demikian itu sangat baik, dan apabila ia tertimpa kesusahan
ia sabar maka yang demikian sangat baik
baginya." (HR. Muslim)
6)
Jujur,
Allah
berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah bersama-sama orang yang jujur ” ( At-Taubah
: 119 )
Dalam sebuah riwayat dikatakan :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ،
فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى
الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ،
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللهِ كَذَّابًا
Artinya
:
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata:
“Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu
berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan
tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.
Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang
senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh
sebagai pendusta (pembohong).’”
Takhrij Hadits :
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094)
dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386); Muslim (no. 2607 (105)); Abu Dawud
(no. 4989); At-Tirmidzi (no. 1971); Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf
(VIII/424-425, no. 25991); Ibnu Hibban (no. 272-273-at-Ta’lîqâtul Hisân);
Al-Baihaqi (X/196); Al-Baghawi (no. 3574); At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini
hasan shahih.”
Mufradat Hadits
:
• اَلصِّدْقُ : Sesuai antara perkataan dan amalan (perbuatan), lahir dan batin.
• يَهْدِيْ : Membawa, maksudnya membimbing dan mengantarkan.
• اَلْبِرُّ : Kebaikan, maknanya mencakup semua kebaikan.
• يَتَحَرَّى : Menuju, mencari. Maksudnya bersungguh-sungguh mencari dan
• اَلصِّدْقُ : Sesuai antara perkataan dan amalan (perbuatan), lahir dan batin.
• يَهْدِيْ : Membawa, maksudnya membimbing dan mengantarkan.
• اَلْبِرُّ : Kebaikan, maknanya mencakup semua kebaikan.
• يَتَحَرَّى : Menuju, mencari. Maksudnya bersungguh-sungguh mencari dan
memilih.
• اَلْكَذِبُ : Dusta, bohong, tidak benar.
• صِدِّيْقًا : Selalu berbuat jujur, sehingga jujur menjadi akhlak dan perangainya.
• اَلْفُجُوْرُ : Keburukan atau kejelekan. Maksudnya perbuatan-perbuatan yang
• اَلْكَذِبُ : Dusta, bohong, tidak benar.
• صِدِّيْقًا : Selalu berbuat jujur, sehingga jujur menjadi akhlak dan perangainya.
• اَلْفُجُوْرُ : Keburukan atau kejelekan. Maksudnya perbuatan-perbuatan yang
buruk atau jelek.
• كَذَّابًا : Selalu berbuat dusta, sehingga dusta menjadi akhlak dan
• كَذَّابًا : Selalu berbuat dusta, sehingga dusta menjadi akhlak dan
perangainya.
• يُكْتَبُ عِنْدَ الله صِدِّيْقًا : Dia berhak memperoleh gelar jujur dan ganjaran orang-
• يُكْتَبُ عِنْدَ الله صِدِّيْقًا : Dia berhak memperoleh gelar jujur dan ganjaran orang-
orang jujur.
• يُكْتَبُ عِنْدَ الله كَذَّابًا : Dia berhak memperoleh gelar dusta dan ganjaran orang-
• يُكْتَبُ عِنْدَ الله كَذَّابًا : Dia berhak memperoleh gelar dusta dan ganjaran orang-
orang dusta, yaitu ia dijuluki
dengan tukang dusta atau
tukang bohong.
7)
Bersedekah di
jalan Allah,
Allah
berfirman dalam Al-Quran :
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya :
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. Al-Baqarah.261 )
Dalam sebuah riwayat dikatakan :
عَنْ سَعِيدْ بِنْ
خَالِدْ عَنْ حَارِثَةْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ
وَسَلَمْ يَقُوْلُ : تَصَدَّ قُوْا فَإِنَّهُسَيَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ
يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَيَقُوْلُ الَّذِيْ يَعْطَاهَا لَوْ
جِئْتَ بِهَا بِاْلَا مْسِ لَقَبِلْتُهَا فَأًمَّا اْليَوْمَ فَلَا حَاجَةَ لِىْ
بِهَا (أخرجه البخاري والنسائ)
Artinya:
“ Dari Said
bin Kholid bin Kharisah, Rosuluallah SAW bersabda: Bersedekahlah kamu,
karena sungguh akan datang suatu masa yang pada masa itu seorang laki-laki
pergi membawa sedekah, lalu tidak ada orang yang mau menerimanya, lalu
berkatalah orang yang mau diberi sedekah: sekiranya kamu membawa sedekahmu
kemarin, tentulah aku menerimanya. Adapun pada hari ini aku tidak
membutuhkannya lagi.[1](HR.Bukhari
dan Nasai)
Dalam riwayat lain dikatakan :
عَنْ حَارِثَةَ بْنِ
وَهْبِ , قَالَ : رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ : ” تَصَدَّ قُوْا,
فَسَيَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ لَا يَجِدُ مَنْ
يَقْبَلُهَا ” ( أخرجه الطبراني)
Artinya :
”Dari
Kharisah bin Wahbi, Rosuluallah bersabda: Bersedekahlah kamu, maka nanti akan
datang suatu zaman yang akan kamu jumpai yaitu: seorang laki-laki sedang
berjalan membawa sedekahnya, tetapi dia tidak mendapati orang yang akan
menerima sedekah”.[2](HR.Tabrani)
8)
Berbuat adil,
Allah
berfirman dalam Al Quran :
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya
:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran. ( Q.S. An-Naml. 90 )
Dalam
sebuah riwayat dijelaskan :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو
يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى
مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ
يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata:
rasulullah saw bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak
disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil
dalam hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada
mereka. (H.R.Muslim)
Penjelasan:
Dalam hadis ini disebutkan bahwa imbalan bagi
seseorang yang berbuat adil adalah kelak di sisi allah akan ditempatkan di atas
mimbar dari cahaya. Secara harfiyah, mimbar berarti sebuah tempat khusus untuk
orang-orang yang hendak berdakwah atau berceramah di hadapan umum. Karenanya,
mimbar jum’at biasanya mengacu pada sebuah tempat khusus yang disediakan masjid
untuk kepentingan khotib. Sementara cahaya adalah sebuah sinar yang menerangi
sebuah kehidupan. Kata cahaya biasanya mengacu pada matahari sebagai penerang
bumi, lampu sebagai penerang dari kegelapan, dsb. Oleh sebab itu, kata mimbar
dari cahaya di dalam hadis di atas tentu tidak serta merta dimaknai secara
harfiyah seperti mimbar yang dipenuhi hiasan lampu-lampu yang bersinar terang,
melainkan mimbar cahaya adalah sebuah metafor yang menggambarkan sebuah posisi
yang sangat terhormat di mata allah. Posisi itu mencrminkan sebuah ketinggian
status setinggi cahaya matahari.
9)
Pemaaf
Allah
berfirman dalam Al Quran :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَ لَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ، فَاعْفُ عَنْهُمْ وَ اسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَ شَاوِرْهُمْ فِى اْلاَمْرِ، فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ،
اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُتَوَكِّلِيْنَ. ال عمران:159
Artinya
:
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [QS. Ali Imran : 159]
Dalam
salah satu riwayat dijelaskan :
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: لَقِيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ
لِى: يَا عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَ اعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَ
اعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ. احمد
Artinya :
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, ia berkata : Aku pernah bertemu Rasulullah
SAW, lalu beliau berpesan keapdaku, “Wahai ‘Ubah bin ‘Aamir, sambunglah orang
yang memutuskan hubungan denganmu, berilah orang yang tidak mau memberi
kepadamu, dan maafkanlah orang yang berbuat dhalim kepadamu”. [HR. Muttafaq
‘alaih.]
Dalam
riwayat lain dikatakan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رضي الله عنه، عن رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم قَالَ : مَا نَقَصَتْ
صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا
تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. رواه مسلم وغيره
Artinya :
“Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, 'Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan
tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada
saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang
merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di
dunia dan akhirat).'” (HR. Muslim, no. 2588 dan imam-imam lainnya).
10) Suka bersilaturahmi
Allah
berfirman dalam Al Quran
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا- النساء :1
Artinya :
Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu. ( QS. An-Nisa ; 1 )
Dalam salah satu
hadist dijelaskan :
عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ
وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ – ر البخاري
Artinya :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang
ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya ( kebaikannya ) maka
bersilaturahmilah. ( HR.
Al-Bukhari )
Dalam riwayat lain digambarkan :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ عَلَيْهِ فَكُنْتُ فِيمَنْ انْجَفَلَ
فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ
فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ يَقُولُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا
الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا
الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ- ر احمد و الدرمى
Artinya :
Dari Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah, orang
berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala nampak jelas
kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta. Dan yang
pertama saya dengar darinya, beliau bersabda : “ Sebarluaskan salam,
bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah, dan shalatlah di malam
hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan masuk surga dengan selamat.” ( HR. Ahmad dan
Ad-Darimi )
11) Qana’ah,
Ketentraman
hidup sesungguhnya hanya dapat diraih melalui penyikapan yang tepat terhadap
harta dan dunia, sekecil dan sebesar apa pun harta yang dimilikinya. Sikap
demikian dikenal dengan sebutan qanaah, yang berarti merasakan kecukupan dan
kepuasan atas harta dan dunia miliknya.
Allah
berfirman :
فَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا
خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ
فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Artinya
:
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian
apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya
aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah
ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui (Q.S.QS. Az-Zumar (39):49)
Dalam
sebuah riwayat digambarkan :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ
هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ ».
قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ « عَلَيْكُمْ »
Artinya
:
”Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Lihatlah pada orang yang berada di bawah
kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas
engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah
Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah no.
4138, shahihkata Syaikh Al Albani).
12) Tawakkal,
Allah
berfirman dalam Al Quran :
وَقَالَ
مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ
كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ
Artinya
:
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman
kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang
yang berserah diri." (Q.S Yunus.84 )
Pada ayat selanjutnya dikatakan :
فَقَالُوا
عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ
Artinya
:
Lalu mereka berkata: "Kepada Allah-lah kami
bertawakal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi
kaum yang lalim, (Q.S Yunus.85)
Dalam sebuar riwayat di ceritakan :
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى
اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ
خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا
Dari Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya
kalian bertawakkal kepada Allâh dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya,
sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allâh sebagaimana Dia memberikan rizki
kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan pulang
di sore hari dalam keadaan kenyang.”
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (I/30, 52);
at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. 2344) dan at-Tirmidzi berkata, ‘Hadits ini
hasan shahih’; an-Nasa-i dalam al-Kubra (no. 11805); Ibnu Mâjah dalam Sunan-nya
(no. 4164); Ibnul Mubârak dalam Kitab az-Zuhd (no. 559); al-Baghawi dalam
Syarhus Sunnah (no. 4108); Abu Ya’la (no. 242); ‘Abd bin Humaid (no. 10); Abu
Dawud at-Thayâlisi (no. 51).Dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban (no.
728-at-Ta’lîqâtul Hisân) dan juga dalam Mawâriduz Zham-ân (no. 2548) dan
al-Hakim (IV/318). Lihat Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah (no. 310)
13) Syukur,
Allah
berfirman dalam Al Quran :
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
Artinya
:
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. [Al-Baqarah/2:152]
Dalam
Ayat yang lain Allah berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/14:7]
Dalam
salah satu hadits dijelaskan :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ
مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ
تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
Artinya :
“Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan
janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena
yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan
nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”
Takhrij Hadits:
Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 6490); Muslim
(no. 2963 (9)), dan ini lafazhnya; At-Tirmidzi (no. 2513); Dan Ibnu Majah (no.
4142).
Kosa Kata Hadits
• أَسْفَلَ مِنْكُمْ : Orang yang lebih rendah dari pada kalian dalam hal dunia.
• أَجْدَرُ : Lebih patut, lebih layak.
• تَزْدَرُوْا = تَحْتَقِرُوْا : Mengecilkan dan meremehkan.[1]
Syarah Hadits
Alangkah agungnya wasiat ini dan alangkah besar manfaatnya, kalimat
yang menentramkan dan menenangkan. Hadits ini menunjukkan anjuran untuk
bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan mengakui nikmat-nikmat-Nya,
membicarakannya, mentaati Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan melakukan semua sebab
yang dapat membantu kita bersyukur kepada-Nya.
14) Pemurah
Allah
berfirman dalam Al Quran :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا
كَسَبْتُمْ وَمِمَّا اَخْرَجْنَا لَكُمْ مّنَ اْلاَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا
اْلخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَ لَسْتُمْ بِآخِذِيْهِ اِلاَّ اَنْ تُغْمِضُوْا
فِيْهِ، وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ(267)
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ اْلفَقْرَ وَ يَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ، وَ اللهُ
يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مَنْهُ وَ فَضْلاً، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ(268)
البقرة
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, nafqahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu nafqahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji. (267) Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan
kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah
menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah : 267-268]
Dalam
Salah satu riwayat digambarkan :
عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى
اْلاِسْلاَمِ شَيْئًا اِلاَّ اَعْطَاُه. وَ لَقَدْ جَاءَ رَجُلٌ فَاَعْطَاهُ
غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ اِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ: يَا قَوْمِ
اَسْلِمُوْا فَاِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءَ مَنْ لاَ يَخْشَى اْلفَقْرَ. وَ
اِنْ كَانَ الرَّجُلُ ل يًسْلِمُ مَا
يُرِيْدَ اِلاَّ الدُّنْيَا فَمَا يَلْبَتُ اِلاَّ يَسِيْرُا حَتَّى يَكُوْنَ
اْلاِسْلاَمُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا عَلَيْهَا. مسلم
Artinya
:
Dari
Anas Ra, ia berkata : Tidak pernah Rasulullah SAW dimintai sesuatu dalam Islam
melainkan beliau pasti memberikannya. Sungguh telah datang seorang peminta
kepada beliau, maka beliau memberinya kambing yang berada diantara dua bukit.
Maka setelah orang itu kembali kepada kaumnya ia mengajak kaumnya dan berkata,
“Hai kaumku, segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad memberi sebagai
pemberian orang yang sama sekali tidak khawatir menjadi miskin”. Sungguh
dahulunya seseorang masuk Islam tidak lain karena ingin dunia, tetapi tidak
lama kemudian ia cinta pada Islam melebihi daripada dunia dan apa yang ada padanya. [HR.
Muslim]
2.
Metode dalam menanamkan karekter mulia
Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang
sangat tepat digunakan sebagai metode pembelajaran. Konsep-konsep itu antara
lain: tilâwah, ta’lîm’, tarbiyah, ta’dîb, tazkiyah dan tadlrîb[7] .
a.
Tilâwah
Metode
ini menyangkut kemampuan membaca agar anak memiliki kefasihan berbicara dan
kepekaan dalam melihat fenomena
b.
Ta’lim
Metode
Ta’lim terkait dengan pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual
quotient). Artinya metode ini berguna untuk mengembangkan potensi fitrah
berupa akal, metode ini menekankan pada pengembangan aspek kognitif melalui
pengajaran. Sasarannya adalah terbentuknya anak didik yang memiliki pemikiran jauh ke
depan, kreatif dan inovatif. Sedangkan output-nya adalah anak yang
memiliki sikap ilmiah, ulûl albâb, adalah orang yang mampu mendayagunakan
potensi pikir (kecerdasan intelektual/IQ) dan potensi dzikirnya
untuk memahami fenomena ciptaan Tuhan dan dapat mendayagunakannya untuk
kepentingan kemanusiaan.
c.
Tarbiyah
Metode tarbiyah digunakan untuk membangkitkan
rasa kasih sayang, kepedulian dan empati dalam hubungan interpersonal antara
guru dengan murid, sesama guru dan sesama siswa. Implementasi metode tarbiyah
dalam pembelajaran mengharuskan seorang guru bukan hanya sebagai pengajar atau
guru mata pelajaran, melainkan seorang bapak atau ibu yang memiliki kepedulian
dan hubungan interpersonal yang baik dengan siswanya. Ini berarti menyangkut kepedulian dan kasih sayang secara naluriah
yang didalamnya ada asah, asih dan asuh
d.
Ta’dîb
Metode ta’dîb digunakan untuk pengembangan
kecerdasan emosional emotional quotient (EQ) dalam diri anak didik. Ta’dîb
lebih berfungsi pada pendidikan nilai dan pengembangan iman dan taqwa., Sasarannya adalah terbentuknya anak didik yang memiliki komitmen moral
dan etika. Out put-nya adalah anak yang memiliki karakter,
integritas dan menjadi mujaddid
yaitu orang yang memiliki komitmen moral dan etis dan rasa terpanggil untuk
memperbaiki kondisi masyarakatnya.
e.
Tazkiyah
Metode tazkiyah digunakan untuk membersihkan
jiwa (SQ). Tazkiyah lebih berfungsi untuk mensucikan jiwa dan
mengembangkan spiritualitas. Dalam pendidikan Jiwa sasarannya adalah
terbentuknya jiwa yang suci, jernih (bening) dan damai (bahagia).
Sedang output-nya adalah terbentuknya jiwa yang tenang (nafs
al-mutmainnah), ulûl arhâm dan tazkiyah. Ulûl arhâm
adalah orang yang memiliki kemampuan jiwa untuk mengasihi dan menyayangi sesama
sebagai manifestasi perasaan yang mendalam akan kasih sayang Tuhan terhadap
semua hamba-Nya. Tazkiyah adalah tindakan yang senantiasa mensucikan
jiwanya dari debu-debu maksiat dosa dan tindakan sia-sia (kedlaliman).terkait
dengan pengembangan kecerdasan spiritual (spiritual quotient);
f.
Tadlrib
Metode tadlrîb (latihan) digunakan untuk
mengembangkan keterampilan fisik, psikomotorik dan kesehatan fisik. Sasarannya adalah terbentuknya fisik yang kuat, cekatan dan terampil. Output-nya
adalah terbentuknya anaknya yang mampu bekerja keras, pejuang yang ulet,
tangguh dan seorang mujahid
yaitu orang yang mampu memobilisasi sumber dayanya untuk mencapai tujuan
tertentu dengan kekuatan, kecepatan dan hasil maksimal. Metode ini sangat terkait dengan kecerdasan fisik atau
keterampilan (physical quotient)[8]
3.
Pengembangan kegiatan yang bermuara pada pendidikan berkarekter
Pengembangan karakter yang ditawarkan
oleh para tokoh etika Islam mendasari pengembangan karakter manusia dengan
fondasi teologis (aqidah) yang benar, meskipun pemahaman teologi mereka
berbeda-beda. Dengan fondasi teologis itulah mereka membangun ide bagaimana
seharusnya manusia dapat mencapai kesempurnaan agamanya sehingga menjadi orang
yang benar-benar berkarakter mulia. [9]
Menurut Michele Borba cara menumbuhkan
dan mengebangkan karakter yang baik dalam diri anak-anak menggunakan tujuh cara
yaitu empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi,
dan keadilan. Ketujuh macam kebajikan inilah yang dapat membentuk manusia
berkualitas di mana pun dan kapan pun.[10]
1)
Empati
Empati merupakan
inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini
membuatnya menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain,
mendorongnya menolong orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya
memperlakukan orang dengan kasih sayang.
2)
Hati
Nurani
Hati nurani adalah
suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar daripada jalan yang
salah serta tetap berada di jalur yang bermoral; membuat dirinya merasa
bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya.
3)
Kontrol
Diri
Kontrol diri dapat
membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir sebelum
bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan
mengambil tindakan yang berakibat buruk. Kebajikan ini membantu anak menjadi
mandiri karena ia tahu bahwa dirinya bisa mengendalikan tindakannya sendiri.
4)
Rasa
Hormat
Rasa hormat mendorong
anak bersikap baik dan menghormati orang lain. Kebajikan ini mengarahkannya memperlakukan
orang lain sebagaimana ia ingin orang lain memperlakukan dirinya, sehingga
mencegahnya bertindak kasar, tidak adil, dan bersikap memusuhi
5)
Kebaikan
Hati
Kebaikan hati
membantu anak
menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain.
Dengan mengembangkan kebajikan ini, ia lebih berbelas kasih terhadap orang lain
dan tidak memikirkan diri sendiri, serta menyadari perbuatan baik sebagai tindakan
yang benar.
6)
Toleransi
Toleransi membuat
anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri
terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa
membedakan suku, gender, penampilan, budaya, agama, kepercayaan, kemapuan, atau
orientasi seksual. Dengan toleransi ia akan memperlakukan orang lain dengan
baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta
menghargai orang-orang berdasarkan
karakter mereka.
7)
Keadilan
Keadilan menuntun
anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil,
sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar semua
pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apa pun. Ia juga terdorong untuk
membela orang lain yang diperlakukan tidak adil dan menuntut agar setiap orang
diperlakukan setara
D.
PENUTUP
Karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau
akhalak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri
seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan
keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir.
Pembentukan
karakter mulia atau akhlak yang baik itu harus dilakukan secara sadar, tersusun
dan diintegrasikan pada serangkaian kegiatan yang dilakukan baik di keluarga,
sekolah maupun masyarakat yang dibakukan dan diarahkan oleh pemerintah.
Kegiatan yang dimaksudkan itu adalah dalam bentuk pendidikan. Pendidikan untuk
membentuk karakter mulia dimulai dari lingkungan yang paling kecil dan sederhana yaitu
keluarga dikembangkan disekolah dan dikuatkan oleh masyarakat lingkungannya.
Dalam
terminologi Agama Islam nilai – nilai yang terkandung dalam Karekter mulia
/Akhlak yang baik (al-akhlaq al-mahmudah) begitu banyak, semuanya berkaitan dengan akhlak.
Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan
sebagai metode pembelajaran. Konsep-konsep itu antara lain: tilâwah, ta’lîm’,
tarbiyah, ta’dîb, tazkiyah dan tadlrîb
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hakam
Abas, Makalah, Hadits Tentang Pendidikan Karakter Dan Akhlak, http://hakamabbas.blogspot.co.id/2013/10/hadits-tentang-pendidikan-karakter-dan_407.html
2. Bagus Junaedy, Makalah, Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Tentang
Pendidikan Karakter, Junaedy
MIP di 07.37
3.
Hendrianto, Makalah, Paradikma
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al-Qur'an Dan Hadits, http://hendrianto-pai.blogspot.co.id/2014/01/paradikma-pendidikan-karakter-dalam.html
4.
Prof. Dr.
Tobroni, M.Si, Makalah, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam, http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/24/pendidikan-karakter-dalam-perspektif-islam-pendahulan/
Dedy Ritonga, Makalah, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam , Jumat, 14 September 2012 , pukul 20.28
6.
Hilda Ainissyifa, Jurnal Pendidikan, Pendidikan
Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam,Fakultas Pendidikan Islam dan
Keguruan Universitas Garut
7.
Hairuddin,
Jurnal Al-Ulum , Pendidikan Karakter Berbasis Sunnah Nabi,Institut
Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo, (Arman.Atho@Gmail.Com) , Volume.
13 Nomor 1, Juni 2013, Hal 167-190
8.
Dr.
Marzuki, M.Ag, Jurnal, Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Jurusan PKn dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta
[1] Dedy
Ritonga, Makalah, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam , Jumat, 14
September 2012 , pukul 20.28
[2] Hakam Abas, Makalah, Hadits Tentang
Pendidikan Karakter Dan Akhlak,
[3] Prof.Dr.Tobroni,M.Si,Makalah, Pendidikan
Karakter Dalam Perspektif Islam,
http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/24/pendidikan-karakter-dalam-perspektif-islam-pendahulan/
[8] Dedy
Ritonga, Makalah, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam , Jumat, 14 September 2012 , pukul 20.28
[9] Dr. Marzuki, M.Ag, Jurnal, Prinsip Dasar
Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Jurusan PKn dan Hukum, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
[10] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar