BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam
suasana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,masalah hakikat
kehidupan dunia semakin santer dibahas, karena ini merupakan titik tolak dalam
memberikan pembatasan menyangkut fungsi manusia dalam kehidupan ini.manusia sangat
berhubungan erat dengan kehidupan yang tidak bisa di pisahkan.
Bermacam-macam
pendapat dan pemahaman yang muncul. Ada yang mengatakan kita ada didunia ini
karena proses alam dan terjadi begitu saja tanpa maksud dan tujuan tertentu.
Ada yang mengatakan kita ada didunia ini sebagai proses reinkarnasi menuju
kehidupan yang lebih baik. Ada yang mengatakan kita hidup di dunia untuk
sementara dalam perjalanan menuju kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Ada
yang mengatakan kita hidup didunia sekedar hidup saja dan setelah mati habis
sudah semua masalah , dan kita tidak akan pernah hidup lagi diakhirat kelak.
Dan banyak lagi pendapat pendapat yang merupakan dugaan dan hipotesa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makna Keberadaan Alam Dunia
Alam semesta adalah manifestasi dari kehendak Allah. Kehendak ini
kemudian memanifestasikan dirinya dalam Gerak. Dengan mengrangi mobilitas gerak
itu, maka Allah mengubah unsur benda menjadi unsur atau benda. Pada mulanya
semua gerak itu tanpa wujud dan tak terlihat. Kemudian dengan mengurangi
mobilitas dari gerak asli maka terbentuklah unsur dalam bentuk yang paling
dasar (nebula). Alat spektroskop para astronom telah membuktikan kebenaran
tersebut. Dalam beberapa tahun terahir ini berats ribu nebula telah ditemukan
dengan alat teleskop dan mungkin masih ada jutaan nebula lainnya yang belum
terhitung. Bintang-bintang juga mempunyai umur yang berbeda, sebagian masih
dalam bentuk nebula. Sedangkan lainnya yang sudah sangat tua telah menjadi
gelap. Matahari juga awalnya adalah sebuah nebula. Bulan dapat dianggap sebagai
bintang mati dalam skala yang sangat kecil. Maka tiada diragukan lagi bahwa
tatasurya kita ini tadinya hanya merupakan suatu massa gas.
Al-Qur’an secara tegas menyatakan, kehidupan itu berasal dari air
bukan dari luar. Air merupakan komponen dasar yang paling penting bagi
kehidupan. Hal ini telah banyak membantu teori-teori kimia unsur, tetapi harus
diingat harus di ingat bahwa Qur’an tidak pernah menyatakan bahwa kehidupan
adalah proses mekanisme yang sederhana.[1]
Berikut beberapa surat serta ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan
hakikat atau makna kehidupan dunia diantaranya yaitu:
Ø
Tafsir
Q.S Al-Baqarah: 29
Seluruh isi
yang ada di alam dunia adalah ciptaan Allah. Dalam surat al-Baqarah ayat 29, Allah Subhanahu Wata’ala mengarahkan ayat
tersebut dan ayat sebelumnya kepada orang-orang fasik yang tersesat dengan
berbagai perumpamaan setelah sebelumnya mereka dijuluki sebagai orang yang
ingkar, culas karena mereka memutuskan tali perjanjian yang mau dibuat, serta
memutuskan perintah Allah yang seharusnya dipegang teguh dan membuat kerusakan
dimuka bumi.
Berkenaan dengan itu, ayat ini turun dalam rangka al-taubib
(ejekan) dan al-ta’ajjub (keanehan) yang disebabkan sifat inkar yang
ditujukan oleh orang-orang fasik, dengan menyebutkan bukti-bukti yang mendorong
mereka agar memiliki keimanan yang benar dan menjauhi kekafiran. Bukti tersebut
berupa kenikmatan yang tampak dijagat raya yang menunjukkan kekuasaan Allah
Subhanauu Wata’ala yang diperlihatkan dengan permulaan penciptaan makhluk-Nya
hingga berakhir, yakni menghidupkan mereka setelah sebelumnya dalam keadaan
mati, dan menyusun jenis dan rupa mereka dari berbagai unsur yang berserakan,
air mani yang tak berdaya, serta menjadikan segala apa yang ada dibumi dengan
beraneka ragam manfaat dan khasiatnya untuk mereka nikmati, serta dengan
menciptakan tujuh lapis langit yang dihiasi bintang-bintang yang berguna untk menerangi
jalan pada kegelapan di darat maupun dilaut.
Dengan demikian, konteks ayat 29 surat al baqarah ini adalah
berbicara tentang pencipataan alam tersebut adalah dalam rangka memberikan
peringatan kepada orang orang fasik dan kafir. Agar mereka menghentikan
kefasikan dan kekafirannya, kemudian mereka beriman dan tunduk kepada Allah
SWT, karena Dia-lah yang menciptakan berbagai kenikmatan di bumi ini.[2]
Mengenai kekuasaan Allah Subhanahu Wata’alaa tersebut, sejalan
dengan firman Allah:
Al Maraghi menjelaskan ayat-ayat tersebut sebagai berikut:
Tabaraka........syai’in qadir
maksudnya adalah bahwa ditangan (kekuasaan) Allah-lah kerajaan dunia dan
akhirat. Dia-lah Allah yang mampu memuliakan dan menghinakan seseorang yang
dikehendaki-Nya. Dialah yang dapat mengangkat dan menjatuhkan suatu kaum. Dia
memiliki kekuasaan atas apa yang dikehendaki-Nya, di tangan-Nyalah anugerah
yang sempurna kepada seluruh ciptaan-Nya berdasarkan kehendak dan anugerah-Nya.
Singkatnya bahwa Allah adalah Maha Agung dari segenap ciptaan-Nya. Dengan ayat
tersebut, manusia diharapkan agar menyadari keterbatasannya, serta menerima
segala keputusan yang menimpa dirinya. Dengan cara demikian, manusia tidak akan
mengejar kekuasaan dan sebagainya dan memaksakannya, karena segala sesuatu yang
terjadi pada manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun demikian, ini tidak
berarti manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Dan tidak berarti pula manusia
menyerah begitu saja, dan mengharapkan sesuatu tanpa ikhtiar dan usaha yang
sungguh-sungguh. Manusia harus tetap berusaha mengejar cita-citanya melalui
perjuangan sebagainya sunnatullah, namun hasilnya harus dikembalikan kepada
Allah.
Selanjutnya potongan ayat al ladzi khalaqa al mauta wa al bayata,
maksudnya adalah bahwa Dia-lah Allah yangg menentukan hidup dan mati melalui
batas-batas yang tidak dapat dilampaui dan tidak dapat pula dapat diketahui,
melainkan hanya Dia saja yang mengetahuinya.
Adapun potongan ayat liyablwakm ayyukum ahsanu amala,
maksudnya adalah bahwa adanya hidup dan mati tersebut ditujukan untuk memberi
peluang kepada manusia untuk melakukan perbuatan yang terbaik dan
memberitahukan kepada mereka, siapa diantaranya yang paling khas amalnya, dan
kemudian mereka diberi balasan berdasar tingkat perbuatan yang dilakukannya
sewaktu di dunia ini, sehingga dapat diketahui apakah yang dilakukannya sebagai
perbuatan hati atau perbuatan anggota badan. Berkenaan dengan ayat ini,
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassallam menafsirkan ayat tersebut dengan
ungkapan ayyukum ahsanu aqala, siapakah diantara mereka yang paling baik
akalnya, sehingga ia lebih berhati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan Allah,
dan bersegera dalam mentaati Allah.[3]
Ditengah
kebingungan dan ketidak pastian itu Allah telah menurunkan Al Qur’an bagi umat
Islam, menjelaskan tentang kehidupan dunia ini. Mengapa dan untuk apa kita
hadir didunia ini. Dijelaskan didalam Al-quran bahwa
sebelum diciptakanya manusia, Allah telah menyampaikan rencana penciptaan ini
kepada malaikat, yaitu agar makhluk ini menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana
firman Allah dalam Al Quran Surat Al Baqarah : 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي
الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لا تَعْلَمُونَ
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"
( QS. Al Baqarah.30 )[4]
Dari
sini jelas bahwa hakikat wujud manusia dalam kehidupan ini adalah melaksanakan
tugas kekhalifahan membangun dan mengolah dunia ini sesuai dengan kehendak
Illahi.
Dengan
Al Quran dan Sunnah manusia dapat dihantarkan kepada kesuksesan dalam mengemban
tugas dan tanggung jawabnya serta dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidup
dan kehidupan.[5]
Untuk
menyukseskan tugas-tugasnya selaku khalifah, Allah melengkapi manusia dengan
potensi-potensi tertentu,antara lain:
(1) Kemampuan
untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam benda.hal ini
tergambar dalam firman Allah “Dia telah
mengajarkan kepada adam nama (benda-benda) seluruhnya [QS. Al Baqarah :31]
(2) Ditundukkanya
bumi, langit, dan segala isinya oleh Allah kepada manusia[QS Al Jaatsiyah:12]
Hubungan manusia dengan
alam adalah hubungan bersahabat, sehingga manusia berkewajiban untuk menjaganya
agar tidak sampai kepada suatu batas dimana kekayaan alam ini punah dan habis.
(3) Akal
pikiran,panca indera dan kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan dunia
ini [QS. Ar r’ad:11]
Yang terpenting bagi
manusia dalam kehidupan ini bukan sekularisasi kehidupan dunia,tetapi
spiritualisasi kehidupan yang berarti bahwa nilai-nilai spiritual atau agama selaras
dalam perkembanganya manusia dalam kehidupan ini.sebagai contoh,agama hanya
mengamanatkan nilai-nilai kemakmuran harus dibagi rata dan kekayaan alam bukan
monopoli seseorang atau golongan, tetapi untuk kesejahteraan bersama.[6]
Ø Tafsir Q.S Al Hadit: 20-21
Kehidupan
dunia bukanlah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan dunia hanyalah kehidupan
sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan diakhirat kelak.
Diakhirat kelak ada orang yang hidup kekal dalam penderitaan abadi didalam neraka,
dan ada pula orang yang hidup kekal dalam kenikmatan abadi di dalam surga.
Allah menganjurkan orang yang beriman untuk berlomba lomba meraih ampunan Allah
dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi. Itulah tujuan akhir setiap
orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Kehidupan yang kekal dan abadi
didalam taman syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, sebagaimana
penjelasan Allah dalam Al Qur’an :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ
وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ
الْغُرُورِ۞ سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Artinya :
“Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.21. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan
dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan
bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar” (Q.S. Al Hadit
20-21 ) [7]
Ayat
tersebut menjelaskan beberapa hal tentang kehidupan dunia ini antara lain:
1. Kehidupan
dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah megah serta
berlomba banyak tentang harta dan anak anak
2. Perumpamaan
kehidupan dunia seperti tanam tanaman yang tumbuh subur menghijau kemudian
menjadi kuning , layu dan hancur. Dari tiada kembali menjadi tiada.
3. Kehidupan
yang abadi adalah kehidupan akhirat, disana ada ampunan dan keridhaan Allah dan
ada pula azab yang pedih bagi para pembangkang yang tidak percaya pada Allah.
4. Kehidupan dunia ini
adalah kehidupan yang penuh kepalsuan dan tipuan , hati hati dan
waspadalah menghadapinya.
5. Allah
menganjurkan pada orang yang beriman agar berlomba lomba meraih ampunan Allah
dan syurga di akhirat yang luasnya seluas langit dan bumi
6. Syurga itu
disediakan bagi orang yang beriman pada Allah dan RasulNya.
Dalam tafsir Departemen agama dikatakan :
“ Bahwa kehidupan dan kesenangn dunia hanyalah seperti
mainan dan sesuatu yang lucu, menjadi bahan kelakar antara mereka mereka, serta
perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka. Mereka berbangga-bangga dengan
harta dan keturunan yang dianugerahkan kepada mereka. Dunia yang sifatnya
sementara, hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah
wujudnya. Keadaan itu tidak beda dengan bumi yang kena hujan lebat lalu
menumbuhkan tanaman-tanaman yang mengagumkan para petani, menyebabkan mereka
riang bermuka cerah dan merasa gembira. Kemudian berubah menjadi kering dan
layu, hancur berguguran diterpa angin.”
“Bahwa di akhirat nanti azab pedih yang terus-menerus
disediakan bagi orang-orang yang sangat mencintai dunia, meninggalkan amal
saleh, dan melibatkan dirinya ke dalam kemusrikan dan penyembahan berhala.
Disamping itu ada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya yang dianugerahkan kepada
orang-orang yang mensucikan dirinya dari dosa dan maksiat, merendahkan diri
kedapa Allah dan kembali kepada-Nya, taat dan patuh pada segenap perintah dan
larangan-Nya.”
“Pada ayat 21, Allah memerintahkan agar manusia itu
bersegera dan berlomba-lomba mengerjakan amal saleh untuk dapat memperoleh
ampunan dari Allah dan mendapat syurga kelak, yang luasnya seluas langit dan
bumi, yang dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman, kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya, mengakui keesaan Allah membenarkan rasul-rasul-Nya.”[8]
Kesimpulan dari 2 ayat diatas dalam Tafsir Depag
dikatakan :
1.
Kehidupan di dunia ini hanyalah
permainan, kelalaian, perhiasan dan tempat bermegah-megahan tentang banyaknya
harta dan anak.
2.
Kesenangan dunia itu tidak bedanya
dengan tanam-tanaman yang mengagumkan para petani,karena siraman air hujan,
kemudian tanam-tanaman itu menjadi kering dan layu kekuning-kuningan,lalu
menjadi hancur dan diterbangkan angin.
3.
Di Akhirat, manusia mungkin
memperoleh azab yang sedih dan mungkin dapat ampunan dan keridaan dari Allah
4.
Kehidupan di dunia hanyalah
kesenagan permainan dan tipuan, karena
itu setiap orang agar waspada
5.
Manusia diperintahkan bersegera dan
berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk memperoleh ampunan dari Allah, serta
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
6.
Anuerah Allah diberikan kepada orang
yang dikehendaki-Nya. Allah mempunyai anugerah dan rahmat yang tak terhingga.
[9]
Ketika kehidupan dunia diukur dengan ukuran duniawi dan timbangan duniawi,
tampaklah pada mata dan rasa sebagai sesuatu yang besar dan mencengangkan.
Namun, ketika diukur dengan timbangan akhirat, tampaklah sebagai sesuatu yang hina dan
tak berarti. Dalam ayat diatas dunia digambarkan demikian, sehingga ia tampak seperti permainan anak-anak
jika dikaitkan dengan kesungguhan yang ada di akhirat yang menjadi muara
seluruh penghuni dunia setelah sebelumnya sebagai mainan kehidupan. Kedengarannya terlalu ekstrim memang, jika
dianggap hanyalah permainan anak kecil dan senda gurauan yang melenakan,
apabila hal itu dihubungkan dengan realitas keseharian yang menyita perhatian
penduduknya, yang di sana ada kompetisi dan keseriusan dalam mencapai
tujuan-tujuan hidup masing-masing orang. Namun itulah gambaran yang Allah
berikan atas dunia ini, bukan tanpa alasan dan tujuan.
Selain itu Al Quran juga mengajak
manusia untuk berpikir dengan beragam bentuk redaksi tentang segala hal kecuali
tentang dzat Allah Swt, karena mencurahkan akal untuk memikirkan dzat-Nya
adalah sia-sia, tetapi manusia cukup memikirkan tentang ciptaan-Nya saja yang
ada dalam kehidupan dunia ini[10] ,
Allah berfirman dalam Al Quran :
أَوَلَمْ
يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ
بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
Artinya :
“
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan
dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya
kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”
( Q.S. Arrum:8 ).[11]
Salah satu
cara berpikir manusia terhadap ciptaan Allah itu bila manusia mau memperhatikan
adanya tanda tanda kehidupan berupa terjadinya siang dan malam. Pergantian
Siang dan malam memgungkapkan aspek sangat mendasar alam semesta dan
hubungannya dengan kehidupan, sehingga adanya kehidupan dunia bukan semata-mata
untuk kesenangan melainkan menjadikan manusia untuk bertaqwa.[12]
Allah berfirman dalam Al Qur’an :
إِنَّ
فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
Artinya :
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa
yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa:
( Q.S. Yunus ; 6 )[13]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
o Alam semesta adalah manifestasi dari kehendak Allah. Kehendak ini
kemudian memanifestasikan dirinya dalam Gerak. Dengan mengrangi mobilitas gerak
itu, maka Allah mengubah unsur benda menjadi unsur atau benda. Pada mulanya
semua gerak itu tanpa wujud dan tak terlihat. Kemudian dengan mengurangi
mobilitas dari gerak asli maka terbentuklah unsur dalam bentuk yang paling
dasar (nebula). Alat spektroskop para astronom telah membuktikan kebenaran
tersebut.
o
Allah
adalah Maha Agung dari segenap ciptaan-Nya. Manusia diharapkan agar menyadari
keterbatasannya, serta menerima segala keputusan yang menimpa dirinya. Dengan
cara demikian, manusia tidak akan mengejar kekuasaan dan sebagainya dan
memaksakannya, karena segala sesuatu yang terjadi pada manusia sudah ditentukan
oleh Tuhan. Namun tidak berarti bahwa manusia menyerah begitu saja, dan
mengharapkan sesuatu tanpa ikhtiar dan usaha yang sungguh-sungguh. Manusia
harus tetap berusaha mengejar cita-citanya melalui perjuangan sebagainya
sunnatullah, dan hasilnya harus dikembalikan kepada Allah.
o Dijelaskan
didalam Al-quran bahwa sebelum diciptakanya manusia, Allah telah menyampaikan
rencana penciptaan ini kepada malaikat, yaitu agar makhluk ini menjadi khalifah
Allah di bumi. Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan bersahabat,
sehingga manusia berkewajiban untuk menjaganya agar tidak sampai kepada suatu
batas dimana kekayaan alam ini punah dan habis.
o Kehidupan di
dunia ini hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan tempat bermegah-megahan
tentang banyaknya harta dan anak. Kesenangan dunia itu tidak bedanya dengan
tanam-tanaman yang mengagumkan para petani,karena siraman air hujan, kemudian
tanam-tanaman itu menjadi kering dan layu kekuning-kuningan,lalu menjadi hancur
dan diterbangkan angin. Di Akhirat, manusia mungkin memperoleh azab yang sedih
dan mungkin dapat ampunan dan keridaan dari Allah. Manusia diperintahkan
bersegera dan berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk memperoleh ampunan dari
Allah, serta surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
2.
Saran
o Manusia diharapkan agar menyadari keterbatasannya, serta menerima
segala keputusan yang menimpa dirinya, namun harus tetap berusaha mengejar
cita-citanya melalui perjuangan sebagainya sunnatullah, dan hasilnya harus
dikembalikan kepada Allah.
o Manusia untuk
bersegera dan berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk memperoleh ampunan dari
Allah, serta surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, karena itu sudah
diperintahkan oleh Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2009. Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan, PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Purwanto, Agus. 2008. Ayat -Ayat Semesta Sisi-Sisi Al Quran yang
terlupakan, Bandung: Penerbit Mizan.
Sarwar, Al-Haj Hafiz Ghulam. Filsafat Qur’an.. 1993. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al quran. Bandung:
Penerbit Mizan.
Tasirun Suliman. 2011. Al
Qur’an inspirasi perubahan, Jakarta: penerbit Dian Rakyat.
Qardhawi, Yusuf. 1998. Al Quran berbicara tentang akal dan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Penerbit Gema Insani Pers.
Kementerian
Agama RI, Dirjend Bimas Islam, 2010, Al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen
Agama RI, 2009, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 9
[1] Al-Haj Hafiz
Ghulam Sarwar, Filsafat Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993) hlm., 100-106.
[2] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Jakarta
: PT. RajaGrafindo Persada.2009)
Hlm.,105.
[3] Ibid,
hlm. 110-112.
[4] Kementerian
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 2010, Hlm., 6.
[6] Quraish
Shihab, Membumikan Al quran, (Penerbit Mizan, Bandung, 1994) Hlm., 233-235.
[7] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahan, 2010, hlm., 788.
[8] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Tafsirnya, jilid 9, tahun 2009, Hal. 687
[9] Ibid, hlm., 688.
[10] Yusuf Qardhawi, Al Quran berbicara tentang
akal dan Ilmu Pengetahuan,( Jakarta: Penerbit
Gema Insani Pers, 1998) hlm., 42.
[11] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, 2010, hlm., 571.
[12] Agus Purwanto,
Ayat -Ayat Semesta Sisi-Sisi Al Quran yang terlupakan, (Bandung :
Penerbit
Mizan, 2008) hlm., .225.
[13] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahan, 2010, hlm., 280.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar