Jumat, 24 Maret 2017

MAKALAH “HAKEKAT KEHIDUPAN DUNIA DALAM AL-QUR’AN”



BAB 1
PENDAHULUAN
 Dalam suasana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,masalah hakikat kehidupan dunia semakin santer dibahas, karena ini merupakan titik tolak dalam memberikan pembatasan menyangkut fungsi manusia dalam kehidupan ini.manusia sangat berhubungan erat dengan kehidupan yang tidak bisa di pisahkan.
Bermacam-macam pendapat dan pemahaman yang muncul. Ada yang mengatakan kita ada didunia ini karena proses alam dan terjadi begitu saja tanpa maksud dan tujuan tertentu. Ada yang mengatakan kita ada didunia ini sebagai proses reinkarnasi menuju kehidupan yang lebih baik. Ada yang mengatakan kita hidup di dunia untuk sementara dalam perjalanan menuju kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Ada yang mengatakan kita hidup didunia sekedar hidup saja dan setelah mati habis sudah semua masalah , dan kita tidak akan pernah hidup lagi diakhirat kelak. Dan banyak lagi pendapat pendapat yang merupakan dugaan dan hipotesa.
 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Keberadaan Alam Dunia
Alam semesta adalah manifestasi dari kehendak Allah. Kehendak ini kemudian memanifestasikan dirinya dalam Gerak. Dengan mengrangi mobilitas gerak itu, maka Allah mengubah unsur benda menjadi unsur atau benda. Pada mulanya semua gerak itu tanpa wujud dan tak terlihat. Kemudian dengan mengurangi mobilitas dari gerak asli maka terbentuklah unsur dalam bentuk yang paling dasar (nebula). Alat spektroskop para astronom telah membuktikan kebenaran tersebut. Dalam beberapa tahun terahir ini berats ribu nebula telah ditemukan dengan alat teleskop dan mungkin masih ada jutaan nebula lainnya yang belum terhitung. Bintang-bintang juga mempunyai umur yang berbeda, sebagian masih dalam bentuk nebula. Sedangkan lainnya yang sudah sangat tua telah menjadi gelap. Matahari juga awalnya adalah sebuah nebula. Bulan dapat dianggap sebagai bintang mati dalam skala yang sangat kecil. Maka tiada diragukan lagi bahwa tatasurya kita ini tadinya hanya merupakan suatu massa gas.
Al-Qur’an secara tegas menyatakan, kehidupan itu berasal dari air bukan dari luar. Air merupakan komponen dasar yang paling penting bagi kehidupan. Hal ini telah banyak membantu teori-teori kimia unsur, tetapi harus diingat harus di ingat bahwa Qur’an tidak pernah menyatakan bahwa kehidupan adalah proses mekanisme yang sederhana.[1]
Berikut beberapa surat serta ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan hakikat atau makna kehidupan dunia diantaranya yaitu:
Ø  Tafsir Q.S Al-Baqarah: 29
Seluruh isi yang ada di alam dunia adalah ciptaan Allah. Dalam surat al-Baqarah ayat 29, Allah Subhanahu Wata’ala mengarahkan ayat tersebut dan ayat sebelumnya kepada orang-orang fasik yang tersesat dengan berbagai perumpamaan setelah sebelumnya mereka dijuluki sebagai orang yang ingkar, culas karena mereka memutuskan tali perjanjian yang mau dibuat, serta memutuskan perintah Allah yang seharusnya dipegang teguh dan membuat kerusakan dimuka bumi.
Berkenaan dengan itu, ayat ini turun dalam rangka al-taubib (ejekan) dan al-ta’ajjub (keanehan) yang disebabkan sifat inkar yang ditujukan oleh orang-orang fasik, dengan menyebutkan bukti-bukti yang mendorong mereka agar memiliki keimanan yang benar dan menjauhi kekafiran. Bukti tersebut berupa kenikmatan yang tampak dijagat raya yang menunjukkan kekuasaan Allah Subhanauu Wata’ala yang diperlihatkan dengan permulaan penciptaan makhluk-Nya hingga berakhir, yakni menghidupkan mereka setelah sebelumnya dalam keadaan mati, dan menyusun jenis dan rupa mereka dari berbagai unsur yang berserakan, air mani yang tak berdaya, serta menjadikan segala apa yang ada dibumi dengan beraneka ragam manfaat dan khasiatnya untuk mereka nikmati, serta dengan menciptakan tujuh lapis langit yang dihiasi bintang-bintang yang berguna untk menerangi jalan pada kegelapan di darat maupun dilaut.
Dengan demikian, konteks ayat 29 surat al baqarah ini adalah berbicara tentang pencipataan alam tersebut adalah dalam rangka memberikan peringatan kepada orang orang fasik dan kafir. Agar mereka menghentikan kefasikan dan kekafirannya, kemudian mereka beriman dan tunduk kepada Allah SWT, karena Dia-lah yang menciptakan berbagai kenikmatan di bumi ini.[2]
Mengenai kekuasaan Allah Subhanahu Wata’alaa tersebut, sejalan dengan firman Allah:
Al Maraghi menjelaskan ayat-ayat tersebut sebagai berikut:
Tabaraka........syai’in qadir maksudnya adalah bahwa ditangan (kekuasaan) Allah-lah kerajaan dunia dan akhirat. Dia-lah Allah yang mampu memuliakan dan menghinakan seseorang yang dikehendaki-Nya. Dialah yang dapat mengangkat dan menjatuhkan suatu kaum. Dia memiliki kekuasaan atas apa yang dikehendaki-Nya, di tangan-Nyalah anugerah yang sempurna kepada seluruh ciptaan-Nya berdasarkan kehendak dan anugerah-Nya. Singkatnya bahwa Allah adalah Maha Agung dari segenap ciptaan-Nya. Dengan ayat tersebut, manusia diharapkan agar menyadari keterbatasannya, serta menerima segala keputusan yang menimpa dirinya. Dengan cara demikian, manusia tidak akan mengejar kekuasaan dan sebagainya dan memaksakannya, karena segala sesuatu yang terjadi pada manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun demikian, ini tidak berarti manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Dan tidak berarti pula manusia menyerah begitu saja, dan mengharapkan sesuatu tanpa ikhtiar dan usaha yang sungguh-sungguh. Manusia harus tetap berusaha mengejar cita-citanya melalui perjuangan sebagainya sunnatullah, namun hasilnya harus dikembalikan kepada Allah.
Selanjutnya potongan ayat al ladzi khalaqa al mauta wa al bayata, maksudnya adalah bahwa Dia-lah Allah yangg menentukan hidup dan mati melalui batas-batas yang tidak dapat dilampaui dan tidak dapat pula dapat diketahui, melainkan hanya Dia saja yang mengetahuinya.
Adapun potongan ayat liyablwakm ayyukum ahsanu amala, maksudnya adalah bahwa adanya hidup dan mati tersebut ditujukan untuk memberi peluang kepada manusia untuk melakukan perbuatan yang terbaik dan memberitahukan kepada mereka, siapa diantaranya yang paling khas amalnya, dan kemudian mereka diberi balasan berdasar tingkat perbuatan yang dilakukannya sewaktu di dunia ini, sehingga dapat diketahui apakah yang dilakukannya sebagai perbuatan hati atau perbuatan anggota badan. Berkenaan dengan ayat ini, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassallam menafsirkan ayat tersebut dengan ungkapan ayyukum ahsanu aqala, siapakah diantara mereka yang paling baik akalnya, sehingga ia lebih berhati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan Allah, dan bersegera dalam mentaati Allah.[3]
  Ditengah kebingungan dan ketidak pastian itu Allah telah menurunkan Al Qur’an bagi umat Islam, menjelaskan tentang kehidupan dunia ini. Mengapa dan untuk apa kita hadir didunia ini. Dijelaskan didalam Al-quran bahwa sebelum diciptakanya manusia, Allah telah menyampaikan rencana penciptaan ini kepada malaikat, yaitu agar makhluk ini menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Al Baqarah : 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" ( QS. Al Baqarah.30 )[4]
Dari sini jelas bahwa hakikat wujud manusia dalam kehidupan ini adalah melaksanakan tugas kekhalifahan membangun dan mengolah dunia ini sesuai dengan kehendak Illahi.
Dengan Al Quran dan Sunnah manusia dapat dihantarkan kepada kesuksesan dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya serta dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidup dan kehidupan.[5]
Untuk menyukseskan tugas-tugasnya selaku khalifah, Allah melengkapi manusia dengan potensi-potensi tertentu,antara lain:
(1)   Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam benda.hal ini tergambar dalam firman Allah  “Dia telah mengajarkan kepada adam nama (benda-benda) seluruhnya [QS. Al Baqarah :31]
(2)   Ditundukkanya bumi, langit, dan segala isinya oleh Allah kepada manusia[QS Al Jaatsiyah:12]
Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan bersahabat, sehingga manusia berkewajiban untuk menjaganya agar tidak sampai kepada suatu batas dimana kekayaan alam ini punah dan habis.
(3)   Akal pikiran,panca indera dan kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan dunia ini [QS. Ar r’ad:11]
Yang terpenting bagi manusia dalam kehidupan ini bukan sekularisasi kehidupan dunia,tetapi spiritualisasi kehidupan yang berarti bahwa nilai-nilai spiritual atau agama selaras dalam perkembanganya manusia dalam kehidupan ini.sebagai contoh,agama hanya mengamanatkan nilai-nilai kemakmuran harus dibagi rata dan kekayaan alam bukan monopoli seseorang atau golongan, tetapi untuk kesejahteraan bersama.[6]
Ø  Tafsir Q.S Al Hadit: 20-21
Kehidupan dunia bukanlah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan dunia hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan diakhirat kelak. Diakhirat kelak ada orang yang hidup kekal dalam penderitaan abadi didalam neraka, dan ada pula orang yang hidup kekal dalam kenikmatan abadi di dalam surga. Allah menganjurkan orang yang beriman untuk berlomba lomba meraih ampunan Allah dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi. Itulah tujuan akhir setiap orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Kehidupan yang kekal dan abadi didalam taman syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, sebagaimana penjelasan Allah dalam Al Qur’an :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ۞ سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Artinya :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.21. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”      (Q.S. Al Hadit 20-21 ) [7]
Ayat tersebut menjelaskan beberapa hal tentang kehidupan dunia ini antara lain:
1.      Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah megah serta berlomba banyak tentang harta dan anak anak
2.      Perumpamaan kehidupan dunia seperti tanam tanaman yang tumbuh subur menghijau kemudian menjadi kuning , layu dan hancur. Dari tiada kembali menjadi tiada.
3.      Kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat, disana ada ampunan dan keridhaan Allah dan ada pula azab yang pedih bagi para pembangkang yang tidak percaya pada Allah.
4.      Kehidupan  dunia ini  adalah kehidupan yang penuh kepalsuan dan tipuan , hati hati dan waspadalah menghadapinya.
5.      Allah menganjurkan pada orang yang beriman agar berlomba lomba meraih ampunan Allah dan syurga di akhirat yang luasnya seluas langit dan bumi
6.      Syurga itu disediakan bagi orang yang beriman pada Allah dan RasulNya.
Dalam tafsir Departemen agama dikatakan :
“ Bahwa kehidupan dan kesenangn dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, menjadi bahan kelakar antara mereka mereka, serta perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka. Mereka berbangga-bangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan kepada mereka. Dunia yang sifatnya sementara, hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya. Keadaan itu tidak beda dengan bumi yang kena hujan lebat lalu menumbuhkan tanaman-tanaman yang mengagumkan para petani, menyebabkan mereka riang bermuka cerah dan merasa gembira. Kemudian berubah menjadi kering dan layu, hancur berguguran diterpa angin.”
“Bahwa di akhirat nanti azab pedih yang terus-menerus disediakan bagi orang-orang yang sangat mencintai dunia, meninggalkan amal saleh, dan melibatkan dirinya ke dalam kemusrikan dan penyembahan berhala. Disamping itu ada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya yang dianugerahkan kepada orang-orang yang mensucikan dirinya dari dosa dan maksiat, merendahkan diri kedapa Allah dan kembali kepada-Nya, taat dan patuh pada segenap perintah dan larangan-Nya.”
“Pada ayat 21, Allah memerintahkan agar manusia itu bersegera dan berlomba-lomba mengerjakan amal saleh untuk dapat memperoleh ampunan dari Allah dan mendapat syurga kelak, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman, kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mengakui keesaan Allah membenarkan rasul-rasul-Nya.”[8]
Kesimpulan dari 2 ayat diatas dalam Tafsir Depag dikatakan :
1.      Kehidupan di dunia ini hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan tempat bermegah-megahan tentang banyaknya harta dan anak.
2.      Kesenangan dunia itu tidak bedanya dengan tanam-tanaman yang mengagumkan para petani,karena siraman air hujan, kemudian tanam-tanaman itu menjadi kering dan layu kekuning-kuningan,lalu menjadi hancur dan diterbangkan angin.
3.      Di Akhirat, manusia mungkin memperoleh azab yang sedih dan mungkin dapat ampunan dan keridaan dari Allah
4.      Kehidupan di dunia hanyalah kesenagan permainan dan  tipuan, karena itu setiap orang agar waspada
5.      Manusia diperintahkan bersegera dan berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk memperoleh ampunan dari Allah, serta surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
6.      Anuerah Allah diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah mempunyai anugerah dan rahmat yang tak terhingga. [9]
Ketika kehidupan dunia diukur dengan ukuran duniawi dan timbangan duniawi, tampaklah pada mata dan rasa sebagai sesuatu yang besar dan mencengangkan. Namun, ketika diukur dengan timbangan akhirat, tampaklah sebagai sesuatu yang hina dan tak berarti. Dalam ayat diatas dunia digambarkan demikian, sehingga ia tampak seperti permainan anak-anak jika dikaitkan dengan kesungguhan yang ada di akhirat yang menjadi muara seluruh penghuni dunia setelah sebelumnya sebagai mainan kehidupan.  Kedengarannya terlalu ekstrim memang, jika dianggap hanyalah permainan anak kecil dan senda gurauan yang melenakan, apabila hal itu dihubungkan dengan realitas keseharian yang menyita perhatian penduduknya, yang di sana ada kompetisi dan keseriusan dalam mencapai tujuan-tujuan hidup masing-masing orang. Namun itulah gambaran yang Allah berikan atas dunia ini, bukan tanpa alasan dan tujuan.
Selain itu Al Quran juga mengajak manusia untuk berpikir dengan beragam bentuk redaksi tentang segala hal kecuali tentang dzat Allah Swt, karena mencurahkan akal untuk memikirkan dzat-Nya adalah sia-sia, tetapi manusia cukup memikirkan tentang ciptaan-Nya saja yang ada dalam kehidupan dunia ini[10] , Allah berfirman dalam Al Quran :
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
Artinya :
“ Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” ( Q.S. Arrum:8 ).[11]
Salah satu cara berpikir manusia terhadap ciptaan Allah itu bila manusia mau memperhatikan adanya tanda tanda kehidupan berupa terjadinya siang dan malam. Pergantian Siang dan malam memgungkapkan aspek sangat mendasar alam semesta dan hubungannya dengan kehidupan, sehingga adanya kehidupan dunia bukan semata-mata untuk kesenangan melainkan menjadikan manusia untuk bertaqwa.[12] Allah berfirman dalam Al Qur’an :
إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
Artinya :
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa:  ( Q.S. Yunus ; 6 )[13]
 BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
o   Alam semesta adalah manifestasi dari kehendak Allah. Kehendak ini kemudian memanifestasikan dirinya dalam Gerak. Dengan mengrangi mobilitas gerak itu, maka Allah mengubah unsur benda menjadi unsur atau benda. Pada mulanya semua gerak itu tanpa wujud dan tak terlihat. Kemudian dengan mengurangi mobilitas dari gerak asli maka terbentuklah unsur dalam bentuk yang paling dasar (nebula). Alat spektroskop para astronom telah membuktikan kebenaran tersebut.
o   Allah adalah Maha Agung dari segenap ciptaan-Nya. Manusia diharapkan agar menyadari keterbatasannya, serta menerima segala keputusan yang menimpa dirinya. Dengan cara demikian, manusia tidak akan mengejar kekuasaan dan sebagainya dan memaksakannya, karena segala sesuatu yang terjadi pada manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun tidak berarti bahwa manusia menyerah begitu saja, dan mengharapkan sesuatu tanpa ikhtiar dan usaha yang sungguh-sungguh. Manusia harus tetap berusaha mengejar cita-citanya melalui perjuangan sebagainya sunnatullah, dan hasilnya harus dikembalikan kepada Allah.
o   Dijelaskan didalam Al-quran bahwa sebelum diciptakanya manusia, Allah telah menyampaikan rencana penciptaan ini kepada malaikat, yaitu agar makhluk ini menjadi khalifah Allah di bumi. Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan bersahabat, sehingga manusia berkewajiban untuk menjaganya agar tidak sampai kepada suatu batas dimana kekayaan alam ini punah dan habis.
o   Kehidupan di dunia ini hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan tempat bermegah-megahan tentang banyaknya harta dan anak. Kesenangan dunia itu tidak bedanya dengan tanam-tanaman yang mengagumkan para petani,karena siraman air hujan, kemudian tanam-tanaman itu menjadi kering dan layu kekuning-kuningan,lalu menjadi hancur dan diterbangkan angin. Di Akhirat, manusia mungkin memperoleh azab yang sedih dan mungkin dapat ampunan dan keridaan dari Allah. Manusia diperintahkan bersegera dan berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk memperoleh ampunan dari Allah, serta surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
2.      Saran
o   Manusia diharapkan agar menyadari keterbatasannya, serta menerima segala keputusan yang menimpa dirinya, namun harus tetap berusaha mengejar cita-citanya melalui perjuangan sebagainya sunnatullah, dan hasilnya harus dikembalikan kepada Allah.
o   Manusia untuk bersegera dan berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk memperoleh ampunan dari Allah, serta surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, karena itu sudah diperintahkan oleh Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2009.  Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Purwanto, Agus. 2008. Ayat -Ayat Semesta Sisi-Sisi Al Quran yang terlupakan, Bandung:  Penerbit Mizan.
Sarwar, Al-Haj Hafiz Ghulam. Filsafat Qur’an.. 1993. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al quran. Bandung: Penerbit Mizan.
Tasirun Suliman.  2011. Al Qur’an inspirasi perubahan, Jakarta: penerbit  Dian Rakyat.
Qardhawi, Yusuf. 1998. Al Quran berbicara tentang akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Penerbit Gema Insani Pers.
Kementerian Agama RI, Dirjend Bimas Islam, 2010, Al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, 2009, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 9
 

[1] Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, Filsafat Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993) hlm., 100-106.
[2]  Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.2009)
   Hlm.,105.
[3] Ibid, hlm. 110-112.
[4] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 2010, Hlm., 6.
[5]     Tasirun Suliman, Al Qur’an inspirasi perubahan,  penerbit  Dian Rakyat, Jakarta , 2011.
[6] Quraish Shihab, Membumikan Al quran, (Penerbit Mizan, Bandung, 1994)  Hlm., 233-235.
[7]     Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,  2010,  hlm.,  788.
[8]      Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 9, tahun 2009, Hal. 687
[9]      Ibid, hlm., 688.
[10]  Yusuf Qardhawi, Al Quran berbicara tentang akal dan Ilmu Pengetahuan,( Jakarta: Penerbit  
     Gema Insani Pers, 1998) hlm., 42.
[11]  Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2010, hlm., 571.
[12]  Agus Purwanto,  Ayat -Ayat Semesta Sisi-Sisi Al Quran yang terlupakan, (Bandung : Penerbit
     Mizan, 2008) hlm., .225.
[13]      Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 2010, hlm., 280.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN HASIL RISET TENTANG MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DI MIS KURIPAN KIDUL

A.     PENDAHULUAN Sejak  bayi  anak  berkembang  secara  fisik,  mental,  sosial,  dan  emosional.  Kemampuan  anak berjalan,  berbicara...